telkomsel halo

BRI Idealnya Memiliki Dua Satelit

06:21:25 | 02 May 2014
BRI Idealnya Memiliki Dua Satelit
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) idealnya memiliki dua satelit jika benar ingin memiliki jaringan komunikasi yang mumpuni untuk jaringan ATM dan kantor cabangnya.

“Idealnya ada satu satelit lagi yang dimiliki BRI. Soalnya, slot 150,5 derajat Bujur Timur (BT) yang akan ditempati BRISat itu posisinya disebelah timur diatas pasifik. Alhasil,  yang dibarat juga kualitasnya agak pas-pasan juga,” ungkap Pengamat Telekomunikasi Eddy Setiawan kepada IndoTelko, kemarin.

Menurutnya, posisi yang ditempati terlepas dari bentuk footprint satelit akan memberikan dampak sudut elevasi yang rendah untuk stasiun-stasiun very small aperture terminal (VSAT) di kawasan Barat terutama Sumatera seperti di Riau. 

Akibatnya aperture antena harus lebih besar dan Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) juga harus lebih besar guna menjaga kualitas atau data rate harus lebih rendah."Saya rasa solusi yang paling bisa diambil BRI nanti Condosat,” duganya.

Hal lain yang disorotinya adalah BRI dalam mengelola slot orbit memiliki ijin Telekomunikasi Khusus (Telsus). Alhasil akan ada kapasitas transponder yang idle mengingat kebutuhan BRI tak lebih dari 23 atau 24 transponder.  

“Ijin Telsus itu artinya untuk kebutuhan sendiri. Tak boleh menyewakan kapasitas ke pihak lain. Saya sarankan BRI gandeng pemain telekomunikasi yang sudah biasa mengelola satelit sebagai “supir”,  bisa Telkom, Indosat atau MCI. Telkom mungkin yang paling tepat, tinggal di-update posisi NOC dipindah dari Daan Gogot ke Gunung Puteri di Cibinong,” paparnya.

Sebelumnya, BRI menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat, Space System Loral LLC (SSL) untuk membangun satelit dan perusahan peluncur roket asal Prancis, Arianespace, untuk meluncurkan satelit BRISat pada 2016  mendatang.

Aksi mengelola satelit ini diyakini bisa menghemat biaya penyewaan sekitar Rp 250 miliar per tahun. Selama ini, pengeluaran BRI untuk penyewaan satelit sekitar Rp 500 miliar per tahun. Proses desain final dan pembuatan BRIsat akan dilaksanakan di pabrik SSL, Palo Alto, California. 

Pengerjaannya diperkirakan membutuhkan waktu 24 bulan sehingga satelit siap diluncurkan sekitar 25-26 bulan mendatang atau pertengahan 2016 di Kourou, French Guiana.

BRIsat akan memiliki transponder C-band dan Ku-Band serta menempati lokasi orbit 150.5 derajat BT dengan cakupan layanan di Indonesia dan Asia. Saat ini, BRIsat akan menyediakan saranan komunikasi terpercaya dan aman lebih dari 9.800 kantor BRI, lebih dari 100.000 outlet electronic channel, serta 50 juta nasabah.

Hal yang menjadi masalah adalah secara regulasi BRI mengantongi ijin Telsus untuk keperluan sendiri. 

Padahal, rencananya BRISat akan membawa 45 transponder. Sedangkan 4 transponder akan diberikan kepada pemerintah Indonesia untuk keperluan pemerintahan, seperti sensus data kependudukan, data pertanian, dan lainnya. Artinya ada sekitar 17 transponder idle.

Sesuai aturan, ijin Telsus hanya untuk perluan sendiri. Keuntungannya BRI tidak mempunyai kewajiban membayar Biaya hak Penyelenggaraan (BHP) telekomunikasi maupun USO. Sedangkan BHP frekuensi harus tetap dibayar.

Secara formal, saat ini BRI belum perlu izin stasiun angkasa. Namun, jika sudah ada stasiun bumi cerita menjadi lain. Dalam aturan penyelenggara Telsus untuk pertahanan atau keamanan dan instansi Pemerintah yang dapat memperoleh Izin Stasiun Angkasa. 

Izin Stasiun Angkasa dibutuhkan sebagai izin penggunaan spektrum frekuensi radio oleh suatu stasiun angkasa.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year