telkomsel halo

Rupiah Terkulai, Kinerja Operator akan Lunglai?

07:08:36 | 28 Aug 2013
Rupiah Terkulai, Kinerja Operator akan Lunglai?
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Nilai tukar rupiah yang terus terkulai dari dollar AS ternyata tidak hanya membuat ketar-ketir distributor ponsel dan software.

Operator telekomunikasi pun diprediksi bisa terkena imbas dari terdepresiasinya rupiah sebesar 10% dari Februari hingga Agustus 2013 ini terhadap dollar AS.

Setidaknya itu tercermin dari kajian yang dilakukan Lembaga pemeringkat Fitch Ratings yang menilai bagi operator telekomunikasi ini lunglainya rupiah akan  mempengaruhi performa keuangan  khususnya di penerimaan arus kas karena tingginya biaya dan belanja modal yang bergantung pada mata uang asing.

Menurut Associate Director Fitch Rating Nitin Soni dalam rilisnya jika dilihat dari pinjaman  yang dilakukan operator tak akan berpengaruh kala jatuh tempo karena kebanyakan pemain  telah melakukan lindung nilai atau hedging.

"Kombinasi hedging, utang dalam jangka panjang, dan profil kredit yang dimiliki tak mengoreksi profil rating operator Indonesia dalam jangka pendek ini," katanya, Selasa (27/8).

Indosat Terpukul
Dalam kalkulasi Fitch Indosat adalah operator paling terpukul dengan terdepresiasi nya rupiah mengingat 43% dari total utang dalam bentuk dollar AS atau mencapai US$ 950 juta . Sedangkan yang di-hedge oleh anak usaha Ooredoo ini hanya sekitar 25%.

Fitch memperkirakan margin operasional EBITDA Marjin dari Indosat pada tahun ini bisa turun karena sewa menara banyak dilakukan dalam dollar AS. Free cash flow dari Indosat juga diperkirakan hanya sekitar US$ 40 juta  atau turun 50% mengingat belanja modal banyak menggunakan dollar AS.

Namun, Indosat diyakini masih memiliki kemampuan untuk masuk ke pasar uang dan dukungan dari induk usaha  Ooredoo, akan membuat operator ini selamat dari masalah. Apalagi utang jatuh tempo Indosat pada tahun ini  hanya  US$ 70 juta, sedangkan rata-rata waktu jatuh tempo  4,9 tahun.

Sedangkan Telkom grup diyakini tak akan terpengaruh oleh depresiasi rupiah karena hanya memiliki utang dalam dollar AS sekitar US$ 180 juta atau 12%  dari total utang. Apalagi dari operasional saja Telkom sudah mampu mendapatkan keuntungan.

Sementara untuk XL, karena hanya memiliki utang dalam dollar AS  hanya 19% dari total utang atau sekitar US$ 310 juta  dan 92%  dilakukan hedging, maka diprediksi tidak akan terpukul dengan depresiasi rupiah.

Head of Public Relations Indosat Adrian Prasanto mengakui kinerja perseroan bisa terpengaruh karena adanya depresiasi rupiah."Sebisa mungkin kita sudah melakukan kegiatan lindung hedging, namun tetap pasti terpengaruh. Kita harap akhir tahun ini  dan awal tahun depan, rupiah kembali menguat," katanya.

Sedangkan  Direktur Keuangan Telkom Honesti Basyir mengungkapkan porsi utang valas dari perseroan hanya 28% dari total utang yang ada saat ini. Khusus 2013, perseroan tidak memiliki kewajiban membayar utang valas.

"Kami melakukan kebijakan natural hedging dengan menyediakan valas jauh sebelum masa jatuh tempo berlangsung. Kita tidak akan terbebani dengan beban utang valas yang tinggi seperti beberapa perusahaan lain," kata Honesti.

Menara Aman
Kondisi aman dari depresiasi rupiah diyakini juga akan terjadi di dua penyedia menara yakni  Protelindo dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Protelindo adalah anak usaha dari PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Pasalnya, kedua perseroan melakukan natural hedge dengan menerima pendapatan biasanya dalam bentuk dollar AS.

Protelindo memiliki utang dalam dollar AS sebesar US$ 475 juta atau 63% dari total utangnya  dan jatuh tempo baru pada 2018. Perseroan mendapatkan 36% pendapatan dalam dollar AS atau sekitar US$ 100 juta  dan memiliki dana kas sekitar US$ 120 juta hingga akhir Juni 2013.

Sedangkan Tower Bersama memiliki utang jatuh tempo sekitar US$ 905 juta atau sekitar 84% dari total utang. Sekitar 90% dilindung nilai baik secara natural atau kontrak.Tower Bersama memiliki pendapatan sekitar 18% dalam bentuk dollar AS atau sekitar US$ 40 juta  dengan dana kas hingga Juni 2013 sebesar US$ 112 juta.(ak)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year