telkomsel halo

Cloud akan Menjadi Barang Komoditas?

22:22:48 | 11 Feb 2013
Cloud akan Menjadi Barang Komoditas?
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (indotelko) – Cloud computing (Cloud) diyakini akan menjadi barang komoditas dalam beberapa tahun mendatang seiring makin banyak pemain dan ekosistem yang kian matang.

“Di industri telekomunikasi, segala sesuatu yang bergerak di jaringan itu akan menjadi barang komoditas. Tergantung masa perjalanan menuju produk komiditasnya berapa tahun,”ungkap Partner Frost & Sullivan Nitin Bhat di Jakarta belum lama ini.

Diungkapkannya, jika melirik ke belakang, layanan suara membutuhkan waktu hampir 100 tahun untuk menjadi barang komoditas, fixed data (40 tahun ), mobile voice (15 tahun), mobile data (10 tahun), sedangkan cloud diprediksi 5 tahun sejak diluncurkan secara global.

“Ciri-ciri barang komoditas itu adalah pertarungan di harga. Pasalnya semua menawarkan yang sama sehingga suplai berlimpah,” katanya.

Head of ICT Consulting Frost & Sullivan Indonesia Dev Yusmananda mengungkapkan, pertumbuhan dari mobile data akan mendorong cloud menjadi salah satu alat untuk memonetisasi infrastruktur akses. “Tren yang ada itu adalah perangkat, software, dan layanan mulai beradaptasi dan bekerja ala smartphone. Ini peluang bagi cloud,” katanya.

Menggiurkan
Pada kesempatan lain, Head of Southeast Asia Adobe Vicky Skipp mengakui layanan berbasis cloud di Indonesia menggiurkan.
Inilah yang menjadi pemicu Adobe menawarkan Adobe Creative Cloud.

Adobe Creative Cloud merupakan layanan berbasis keanggotaan yang memberikan akses kepada pengguna untuk mengunduh dan menginstal aplikasi desktop Creative Suite, serta alat dan layanan Photoshop Lightroom, Adobe Muse dan Edge.

Adobe Creative Cloud for team dikemas untuk usaha kecil dan menengah (UKM) dan siap menawarkan semua fitur di atas ditambah alat administratif untuk pembelian dan manajemen lisensi terpusat, kapasitas penyimpanan yang lebih tinggi, dan layanan ahli.

Adobe Creative Cloud untuk tim juga menyertakan pengelolaan kelompok kerja virtual serta penyimpanan awan sebesar 100 GB per pengguna.
 
Sejak dirilis di Amerika Serikat pada bulan April 2012, sektor kreatif telah menanggapinya dengan antusias.

Secara terpisah, Pendiri Indonesian Cloud Forum Teguh Prasetya mengungkapkan, nilai pasar yang besar dari cloud di Indonesia masih di data center karena negeri ini baru tahap virtualisasi.

“Indonesia masih pengenalan, karena itu sekarang banyak yang main di data center. Kalau untuk pasar aplikasi rasanya masih belum menjanjikan,” katanya.(ak)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year