Sam Saba (Dok)
JAKARTA (indotelko) – Indonesia dinilai memiliki nilai strategis untuk pengembangan bisnis dari perusahaan penyedia infrastruktur dan jaringan telekomunikasi, Ericsson,karena memiliki potensi pasar yang besar dan cepat mengadopsi teknologi baru.
“Indonesia ini pasarnya besar. Ericsson sudah lama ada di Indonesia tumbuh bersama operator lokal membangun jaringan telekomunikasi di negeri ini. Di Asia, selain China dan India, Indonesia salah satu penopang pendapatan Ericsson,” ungkap Presiden Direktur Ericsson Indonesia Sam Saba usai menjadi pembicara di seminar OTT Friend or Foe belum lama ini.
Dijelaskannya, perseroan memiliki dua strategi bisnis di Indonesia untuk terus mengalami pertumbuhan yakni fokus pada usaha penyediaan infrastruktur jaringan dan mengembangkan bisnis services.
Bisnis services yang ditawarkan adalah managing network dan operation support system untuk charging dan billing.
“Kami juga akan terus melakukan edukasi pasar untuk meningkatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia. Caranya, bisa dengan merekrut insinyur lokal atau mengadakan kompetisi pengembang aplikasi tahunan,” katanya.
Tak hanya itu, Ericsson juga terus mengintip peluang dibukanya teknologi Long Term Evolution (LTE) di Indonesia karena menyakini teknologi ini menjadi masa depan di era data.
“Kami ini pemimpin pasar LTE dunia dengan pangsa pasar 60%. Di kawasan Asia Tenggara dan Oseania, kami telah membuka kerja sama LTE dengan dua operator dari Australia. Kita sangat menunggu kerjasama dengan operator dari Indonesia,” katanya.
Berdasarkan catatan, di Indonesia selama ini Ericsson telah bermitra dengan Telkom, Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Axis Telekom Indonesia.(ak)