telkomsel halo

Harga Bitcoin menguat, naik 1,3% dalam 24 jam terakhir

07:17:00 | 08 Nov 2025
Harga Bitcoin menguat, naik 1,3% dalam 24 jam terakhir
JAKARTA (IndoTelko) - Harga Bitcoin kembali menguat pada Rabu (6/11), naik 1,3% dalam 24 jam terakhir ke level US$103.109 atau sekitar Rp1,72 miliar, meskipun masih mencatatkan penurunan mingguan sebesar 6,56%. Kenaikan ini didorong oleh kombinasi faktor seperti optimisme regulasi, langkah akumulasi dari institusi besar, dan stabilisasi teknikal di area support psikologis US$100.000.

Dukungan datang dari arah kebijakan pemerintahan Presiden AS, Donald Trump pada 5 November 2025 yang menyatakan pandangan positif terhadap aset kripto, menyebutnya sebagai “inovasi yang mendukung dolar AS”. Pernyataan tersebut menandai perubahan sikap signifikan dibandingkan periode sebelumnya.

Gedung Putih juga dikabarkan mendorong legislasi kripto bipartisan yang memberikan sinyal kejelasan regulasi di pasar Amerika Serikat.

Dikatakan Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, ia melihat perkembangan ini mengurangi kekhawatiran investor terhadap risiko politik dan meningkatkan minat dari modal institusi. “Secara historis, perubahan sikap pro-kripto dari sisi kebijakan sering diikuti oleh penguatan harga Bitcoin, sebagaimana terjadi pasca pemilu AS 2024,” jelasnya.

Di sisi institusional, Canaan Inc., perusahaan tambang kripto yang terdaftar di Nasdaq, memperoleh investasi sebesar US$72 juta dari beberapa firma besar seperti Galaxy Digital untuk memperkuat infrastruktur penambangan Bitcoin.

Namun, data on-chain juga menunjukkan adanya aliran masuk sebesar US$6,8 miliar BTC keexchange Binance dalam 30 hari terakhir. Hal ini menunjukkan reposisi strategis dari investor besar (whales), yang berpotensi menimbulkan tekanan jual jangka pendek.

Meski begitu, pasar tampak menyerap tekanan tersebut melalui aliran masuk ke ETF spot Bitcoin, yang kini memiliki total aset kelolaan mencapai US$139,87 miliar, serta meningkatnya minat beli di level rendah.

Ia menilai kenaikan Bitcoin kali ini mencerminkan keseimbangan antara faktor makro dan teknikal. “Rebound Bitcoin di atas US$103.000 lebih mencerminkan proses stabilisasi pasar. Sentimen positif dari arah kebijakan dan aktivitas institusi memberikan dorongan jangka pendek, namun tekanan dari arus jual whale masih perlu diwaspadai. Selama level US$100.000 tetap bertahan sebagai support, tren pemulihan dapat berlanjut secara bertahap, terutama jika regulasi di AS semakin jelas dan likuiditas global meningkat,” jelasnya.

Secara teknikal, Bitcoin berhasil bertahan di atas level US$100.000, setelah sempat menyentuh titik terendah di US$99.900. Indeks RSI naik ke 37,85, menandakan harga mulai keluar dari area oversold.

Sedangkan divergensi pada indikator MACD menunjukkan pelemahan momentum penurunan. Level Fibonacci retracement 23,6% di US$118.995 kini menjadi area resistance penting, dengan potensi target berikutnya di US$112.073 jika penembusan terjadi.

Para pelaku pasar kini memantau perkembangan sidang Mahkamah Agung AS terkait tarif perdagangan Trump, yang dapat mempengaruhi inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed. Jika inflasi menurun dan prospek penurunan suku bunga meningkat, kondisi tersebut bisa menjadi katalis baru bagi penguatan pasar kripto.

GCG BUMN
Fyqieh memperkirakan bahwa lonjakan likuiditas setelah berakhirnya potensi government shutdown di Amerika Serikat dapat menjadi pemicu kembalinya momentum bullish di pasar aset digital. Ia menambahkan, rilis data inflasi AS (CPI dan Core CPI) untuk Oktober pada 13 November mendatang akan menjadi faktor penting yang mempengaruhi arah pergerakan Bitcoin dan altcoin. (mas)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories