telkomsel halo

Kesiapan 5G di ASEAN masih timpang

04:15:00 | 28 Jul 2025
Kesiapan 5G di ASEAN masih timpang
SINGAPURA (IndoTelko) — Adopsi jaringan 5G di kawasan Asia Tenggara dinilai belum merata dan berisiko memperlebar kesenjangan digital antarnegara. Hal ini terungkap dalam laporan terbaru dari Lee Kuan Yew School of Public Policy (LKYSPP) yang menyoroti pentingnya integrasi 5G dan kecerdasan buatan (AI) sebagai pendorong transformasi ekonomi di ASEAN.

Studi bertajuk “Leveraging 5G to Accelerate AI-Driven Transformation in ASEAN” mengungkap bahwa 5G berpotensi menyumbang hingga 130 miliar dolar AS terhadap ekonomi Asia-Pasifik pada 2030. Namun, tingkat penetrasi 5G di kawasan ini sangat timpang—Singapura telah mencapai 48,3%, sementara beberapa negara anggota ASEAN lainnya belum mencapai 1%.

“ASEAN tidak bisa lagi menunda. Tanpa aksi terkoordinasi, kesenjangan digital akan semakin lebar, dan kawasan ini akan tertinggal dalam perlombaan global menuju ekonomi digital,” ujar Prof. Vu Minh Khuong dari LKYSPP.

Konvergensi
Laporan tersebut menekankan bahwa integrasi 5G dan AI akan mendasari kemajuan di berbagai sektor strategis seperti manufaktur cerdas, pertanian presisi, transportasi otonom, hingga pendidikan berbasis digital. Namun, fragmentasi kebijakan antarnegara ASEAN dinilai masih menjadi penghambat besar.

Berdasarkan hasil survei terhadap lebih dari 400 profesional di delapan negara ASEAN, LKYSPP merumuskan lima prioritas strategis yang perlu segera diambil oleh pemerintah kawasan, antara lain:
1. Menyusun strategi nasional pengembangan 5G-AI periode 20252030;
2. Membentuk lembaga koordinasi digital di tiap negara;
3. Menyusun kebijakan spektrum yang mendorong inovasi;
4. Membangun ekosistem AI kolaboratif antara publik dan swasta;
5. Menerapkan sistem pemantauan progres yang kuat dan terukur.

Kesenjangan
Selain infrastruktur, kesenjangan keterampilan digital juga disorot sebagai penghambat adopsi teknologi AI. Tanpa intervensi kebijakan yang memadai, banyak perusahaan lokal diprediksi akan kesulitan mengejar transformasi berbasis teknologi.

Padahal, menurut laporan itu, sejumlah negara ASEAN telah menunjukkan potensi dampak positif 5G. Singapura misalnya, telah berhasil menurunkan latensi operasional hingga 50% lewat implementasi pelabuhan digital berbasis 5G. Malaysia melalui model wholesale network telah mencapai cakupan populasi 82%, sementara Thailand menggunakan sistem AI untuk manajemen bencana.

“5G bukan hanya tentang kecepatan internet. Ini soal daya saing masa depan,” tegas Prof. Khuong.

Fondasi
Laporan LKYSPP juga menyatakan bahwa pembangunan jaringan 5G saat ini merupakan prasyarat menuju era 6G yang diperkirakan hadir pada 2030. Oleh karena itu, keputusan kebijakan dan investasi hari ini menjadi sangat krusial dalam menentukan posisi strategis ASEAN di lanskap teknologi global mendatang.

GCG BUMN
Dengan populasi lebih dari 700 juta jiwa, ASEAN disebut memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin dalam pemanfaatan 5G-AI. Namun, diperlukan keberanian politik, koordinasi lintas negara, serta visi jangka panjang untuk menjadikan teknologi ini sebagai motor pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif dan transformatif.(ak)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories