Indeks Kota Cerdas Indonesia naik di 2017

12:04:35 | 10 Dec 2017
Indeks Kota Cerdas Indonesia naik di 2017
Suhono Harso Supangkat (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Indeks Kota Cerdas Indonesia di 2017 mengalami peningkatan dibandingkan dua tahun lalu.

“Dibanding 2015, ada peningkatan untuk indeks Kota Cerdas. Itu salah satu hasil penelitian tentang Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI 2017) yang kami lakukan bersama Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dan ITB, dimana akan diumumkan besok (Senin, 11/2) di Istana Wakil Presiden,” ungkap Ketua Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) Suhono Harso Supangkat dalam pesan singkat (10/12).

Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan pemetaan sehingga tiap kota mampu memahami kotanya sehingga bisa transformasi menuju Kota Cerdas.

Rencananya penganugerahan Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 menjadi penutup dari rangkaian kegiatan Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 yang berlangsung dari bulan Mei 2017.

Penganugerahan RKCI 2017 adalah pemberian penghargaan berdasarkan indeks Rating Kota Cerdas Indonesia kepada kota-kota yang sesuai dengan hasil pelaksanaan kajian. (Baca: Framework Kota Cerdas

Pemetaan  dilakukan dengan menilai kondisi kota berdasarkan elemen kualitas hidup (ekonomi, sosial, lingkungan) dan elemen pengungkit (tata kelola, infrastruktur dan teknologi, masyarakat).

Pemetaan ini dilakukan melalui evaluasi mandiri oleh pemerintah kota dan kunjungan langsung ke pemerintah kota dan survei masyarakat (n=400) di beberapa kota terpilih. Kegiatan pemetaan ini merupakan kegiatan 2 tahunan dan dimulai pertama kali pada tahun 2015.

RKCI 2017 mengukur 93 kota (kecuali kota administratif Jakarta) di Indonesia, dengan klasifikasi kota besar yaitu kota dengan penduduk di atas 1 juta jiwa sebanyak 14 kota; kota sedang yaitu kota dengan penduduk diantara 200 ribu hingga 1 juta jiwa sebanyak 43 kota dan kota kecil yaitu kota dengan penduduk di bawah 200 ribu jiwa sebanyak 36 kota.

Tahap seleksi terdiri dari evaluasi mandiri dimana kota diminta untuk mengisi kuesioner secara online; penilaian hasil evaluasi mandiri; validasi dan kunjungan langsung ke kota-kota finalis; pemetaan kota berdasarkan potensi masing-masing dan pengumuman hasil pemetaan kota.

Pemetaan dilakukan dengan menilai proses pengelolaan kota dari sisi utilisasi sumber daya, manajemen, integrasi dan keberlanjutan, e-government, strategi dan rencana serta menilai kualitas hidup dari sisi pelayanan, indeks kualitas hidup dan indeks lainnya, persepsi masyarakat dan penilaian terhadap inovasi kota.

“Dari beragam indikator tersebut, kami memetakan kota terbaik berdasarkan ukuran besar, sedang dan kecil; berdasar klasifikasi bidang ekonomi, sosial dan lingkungan serta kategori-kategori lainnya. Beragam klasifikasi ini memungkinkan kota-kota untuk mengetahui kondisi kota dan berkembang sesuai dengan potensi kotanya masing-masing,” katanya.

Berbeda
Dijelaskannya, Kota Cerdas berbeda dengan e-E-Govermnent. E-Govermnent Fokus pada penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk meningkatkan kualitas layanan publik terutama oleh institusi pemerintah, sedangkan kota cerdas fokus pada penerapan solusi solusi cerdas (inovatif, terintegrasi, dan berkelanjutan) untuk diterapkan dalam menjawab tantangan tantangan kota.

Solusi cerdas tidak hanya berbasis TIK, tapi mencakup People, Process, Technology dan Infrastructure (TIK dan non TIK). Integrasi dalam kota cerdas adalah integrasi seluruh komponen kota yang dapat melibatkan pemerintah dan non pemerintah.

“Misalnya dalam sistem Smart Health, integrasi dapat melibatkan data penduduk (pemerintah), Puskesmas, BPJS atau asuransi lainnya, Rumah Sakit pemerintah dan swasta, lab medis, apotek, bahkan perbankan. Nah, pemahaman kota cerdas dan e-government ini masih banyak yang salah paham,” pungkasnya.(id)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait