Ini modal Star Cloud menantang Amazon Web Service dkk

15:05:47 | 03 May 2017
Ini modal Star Cloud menantang Amazon Web Service dkk
Andreuw Th.A.F (dok)
JAKARTA (IndoTelko) - Siapa yang tak kenal dengan Amazon Web Services.

Bagi penggemar cloud computing, ini adalah salah satu public cloud terfavorit. Bahkan, produk yang memberikan sekumpulan layanan berbasis cloud sejak tahun 2002 ini kabarnya memiliki penggemar yang besar di Asia Pasifik. Informasi yang didapat, Indonesia memberikan kontribusi yang besar, nyaris sekitar 40% bagi pendapatan AWS untuk kawasan Asia Pasifik.

Fitur Amazon Simple Storage Service (S3) menjadi salah satu layanan media penyimpanan yang paling favorit di media internet. Keunggulannya adalah harganya sangat murah, layanan ini juga sangat aman dan sangat dapat diandalkan. Dalam bisnis Cloud server dimana menggabungkan antara komputer dengan suatu jaringan berbasis internet, isu Downtime adalah hal yang kritis
 
Pesaing AWS adalah Google dan Microsoft. Ketiganya tengah menikmati mekarnya aksi Go Digital dari masyarakat Indonesia belakangan ini.

"Transformasi digital adalah fenomena yang tidak bisa dihindari, baik untuk perusahaan skala besar maupun untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Kami tawarkan STAR Cloud sebagai salah satu pilihan bagi masyarakat untuk Go Digital melalui perusahaan asli Indonesia," ungkap Presiden Direktur Telkomsigma Judi Achmadi di Jakarta, Rabu (3/5).

Direktur bussiness data center & manage service Telkomsigma Andreuw Th.A.F menjelaskan, Telkomsigma melakukan perubahan besar-besaran terhadap brand STAR Cloud agar bisa bersaing dengan layanan milik Amazon atau Microsoft. "Kami persiapkan produk ini 1,5 tahun. Kita lihat perilaku dari pengguna produk pesaing, kita pelajari kelemahannya. Kita datang dengan sesuatu yang baru. Sekarang bisa dikatakan Star Cloud berada di posisi yang sama dengan public cloud milik asing itu, bahkan lebih baik," katanya.

Keunggulan
Andreuw menjelaskan ada beberapa keunggulan yang dimiliki STAR Cloud yang tak ada di pesaing. Pertama, mudah untuk diakses dan diaktifkan. Kedua, sistem pembayaran yang bisa secara online atau offline. ketiga, dashboard yang bisa memantau secara real time cloud network yang digunakan.
 
"Soal harga, jika diadu dengan paket yang ditawarkan oleh pesaing asing, kita lebih murah 10%-15%. Tahap awal kita bidik ada 25 ribu pengguna. Sektor UKM diprediksi akan dominan (80%) sisanya individual yang akan menikmati STAR Cloud di tahun pertama," katanya.

Lebih lanjut Andreuw menjelaskan, keunggulan lain yang dimiliki STAR Cloud adalah dukungan Data Center yang Always On dan secured seluas 200 ribu meter persegi. "Kita tahu AWS pernah bermasalah data center-nya dan layanan dari pelanggan menjadi terganggu. Kalau di Telkomsigma kan active-active, jika terjadi masalah seperti itu bisa kita minimalisir," katanya.

VP IT & Digital Ecosystem Bussiness Telkomsigma M Deta Septianto menambahkan, saat ini STAR Cloud secara teknis dikembangkan sebagai Infrastructure as Services. Ke depan akan menawarkan Software as Services (SaaS), dan Platform as Services (PaS).

"Kita juga terbuka dengan cloud provider lainnya menggunakan STAR Cloud sebagai cloud platform. Nanti tinggal bicara revenue sharing-nya," tutupnya.(dn)

Artikel Terkait