JAKARTA (IndoTelko) – Penyelenggaraan layanan 4G berbasis Frequency Division Duplexing Long Term Evolution (FDD-LTE) di 900 MHz dinilai
kurang maksimal dari sisi kecepatan dan boros investasi.
“Kalau bicara kecepatan maksimal yang diberikan tentu tak maksimal. Operator tak mungkin alokasikan semua frekuensi di 900 MHz untuk 4G, pasti dia akan lihat manajemen trafiknya. Maksimal 5 MHz untuk 4G, padahal idealnya 4G itu 15 MHz sampai 20 MHz,” ungkap Head Of Network Planning XL Axiata Rahmadi Mulyohartono di Jakarta, belum lama ini.
Dijelaskannya, XL yang akan
mengkomersialkan 4G di 900 MHz pada Jumat (19/12), akan memanfaatkan lebar pita dari 1,4 MHz hingga 3 MHz untuk 4G di 900 Mhz. “Kalau trafik naik ditambah hingga maksimal 5 Mhz,” katanya.
Sekadar diketahui, di 900 MHz total adal 25 Mhz lebar pita yang dibagi antara Telkomsel dan XL (7,5 Mhz), dan Indosat sebanyak 10 MHz. Frekuensi 900 Mhz selama ini digunakan untuk layanan 2G bersama dengan 1.800 MHz.
“Dari sisi investasi di 900 MHz itu boros, pertama kita kelola trafiknya offload dulu yang 2G di 900 MHz ke 1.800 MHz, sedangkan 3G di 2,1 GHz. Jadi ada tiga tahap, kan boros. Idealnya langsung di 1.800 MHz, di offload ke 2,1 Ghz karena 3G sudah bisa buat suara dan data,” katanya.
Ideal 1.800 Mhz
Menurutnya jika mengutip data dari Global mobile Suppliers Association (GSA) pada September 2014 ada 331 layanan berbasis LTE dimana yang berbasis FDD LTE sekitar 291 dan TDD LTE sekitar 27 operator. Frekuensi yang dominan digunakan untuk FDD adalah 1800 MH.
“Paling ideal memang di 1.800 MHz ini jika melihat hasil trial kami dimana pelanggan puas dan enggan pindah ke 3G. Di alokasi frekuensi ini semua pemain GSM punya pita yang lumayan ideal karena ada sekitar 75 Mhz,” katanya.
Dalam catatan, di 1.800 MHz semua pemain GSM memiliki frekuensi seperti Telkomsel (22,5 Mhz), Indosat (20 MHz), XL (22,5 MHz), dan Tri (10 Mhz).
“Kalau di 1.800 MHz, disisi investasi trafik tak boros dan ekosistem perangkat konsumen sudah lumayan matang. Apalagi ada VoLTE untuk suara,” katanya.
Ditambahkannya, frekuensi 1.800 MHz bisa digunakan karena ada teknologi agregasi kanal dengan LTE Advanced (LTE-A). Teknologi ini diyakini akan memberikan Carrier Aggregation (CA) dimana operator bisa mengkombinasikan frekuensi yang digunakannya sehingga sumber daya alam terbatas yang tak terutilisasi bisa dimanfaatkan.
“LTE-A memungkinkan perpindahan trafik antara BTS seamlees (cell border). Nanti uplink pakai 900 MHz, sementara downlink bisa pakai frekuensi 2,1 Ghz atau 1.800 Mhz,” tutupnya.
Seperti diketahui, Indonesia akhirnya
memilih 4G di 900 MHz untuk mengejar target komersial tahun ini. Telkomsel menjadi yang pertama melakukannya dan sudah memiliki 10 ribu pengguna 4G.(id)