JAKARTA (IndoTelko) – Kedatangan smartphone
Xiaomi ke Indonesia membuat panas persaingan antara dua distributor besar yang selama ini menguasai jalur penjualan gadget di Indonesia.
Kedua distributor itu adalah PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dan PT Trikomsel Tbk (TRIO). Keduanya ditunjuk oleh Xiaomi sebagai
mitra di Indonesia untuk saluran penjualan Apple dari Timur itu.
Tak pelak lagi, aroma persaingan antara dua distributor ini pun menyengat dalam membuktikan kinerja sebagai mitra yang paling layak menjadi rekanan Xiaomi.
“Kami siap bersaing dalam membantu Xiaomi. Kita optimistis dengan kekuatan infrastruktur yang ada. Semoga Xiaomi bisa menjadi pengungkit penjualan di tahun ini,” tegas Direktur Komunikasi Erajaya Djatmiko Wardoyo di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, kinerja perseroan jika dilihat dari sisi merek perangkat yang menjadi mitra telah terbukti. “Kita ada mitra 13 merek, ditambah Xiaomi menjadi 14 merek. Kehadiran Erajaya ada di 90 titik. Secara kuantitas mungkin saja kita kalah, tetapi bicara kualitas, kinerja infrastruktur kita lebih bagus dari industri. Silahkan di cek di laporan keuangan masing-masing,” tuturnya.
Dalam catatan, saat ini Erajaya dengan Erafone memiliki 470 toko, semnetara ibox dengan 42 toko. Sementara Trikomsel didukung 108 poin distribusi yang melayani lebih dari 15.000 riteler pihak ketiga disetiap propinsi di 183 kota dengan jaringan ritel mendekati 1.000 toko.
Dijelaskannya, saat ini Xiaomi menunjuk perseroan sebagai partner bisnisnya, meliputi PT Erajaya Swasembada yang akan berperan sebagai importir dan PT Teletama Artha Mandiri (TAM) sebagai distributor resmi. TAM juga membantu Xiaomi dengan layanan purna jual.
“Kami juga sedang menjajaki kemungkinan untuk memasarkan produk-produk Xiaomi melalui jaringan retail Erafone, termasuk saluran toko online yang kita miliki,” katanya.
Evaluasi
Lebih lanjut Pria yang akrab disapa Koko ini mengatakan, tak bisa memprediksi kinerja dari Xiaomi setelah resmi masuk pasar Indonesia. “Kita tidak ada gambaran. Apakah taktik flash sale ala Xiaomi itu berhasil di Indonesia atau tidak. Harus dilihat beberapa pekan mendatang,” katanya.
Diakuinya, perseroan telah memberikan masukan ke Xiaomi tentang pasar Indonesia dimana tak bisa hanya mengandalkan penjualan melalui e-commerce. “Mereka kan sudah lihat pasar Indonesia. Bagi kami satu merek baru ini masuk belum tentu bisa berdampak besar ke penjualan karena efektif dijual itu kan September,” katanya.
Sedangkan dari sisi Average Sales Price (ASP), tambahnya, juga tak akan memberikan pengaruh karena selama ini merek yang menguasai pasar bermain di semua rentang harga. “ASP kita Rp 3,4 juta, ini yang tertinggi di industri. Bagi kami ikut membawa Xiaomi lebih ke value dimana ikut dalam perkembangan merek global,” tegasnya.(id)