JAKARTA (IndoTelko) - Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengaku tengah memacu kajian skenario penyelamatan bagi para pemain berbasis teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) agar bisa lebih kompetitif di masa depan.
"Teknologi CDMA menuju masa senja kala, ini harus diantisipasi. Kemarin kita sudah panggil semua pemain CDMA untuk didengarkan pandangannya. Rencananya kita akan panggil lagi satu-satu untuk mendapatkan insight,"ungkap Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Kalamullah Ramli kemarin.
Dikatakannya, regulator membutuhkan banyak masukan terkait
skenario terbaik bagi para pemain CDMA, terutama dalam memaksimalkan frekuensi 850 MHz yang ditempatinya. "Ini mandat menteri soal konsolidasi di 850 MHz. Kami punya pilihan pendekatan secara lunak atau keras, tetapi kita maunya yang lunak saja. Awal April nanti, satu-satu kita panggil," katanya.
Saat ini ada lima operator CDMA di Indonesia, yaitu TelkomFlexi, Smartfren, Esia, StarOne, dan Ceria. Beberapa wacana telah mengapung untuk mengoptimalkan frekuensi 850 MHz, mulai dari digunakan untuk E-GSM atau frekuensi pooling untuk adopsi LTE.
Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengakui dibutuhkannya penataan di industri seluler, sehingga operator seperti Smartfren punya kesempatan untuk berkembang. "Selama ini ada ketidakseimbangan pada kepemilikan frekuensi oleh operator yang jumlahnya terlalu banyak," keluhnya.
Sekadar diketahui, teknologi CDMA banyak ditinggalkan oleh operator di luar negeri. Kabar terakhir dari Public Mobile di Kanada. Operator yang baru dibeli oleh Telus ini menghentikan layanan CDMA dan memindahkkan sekitar 280 ribu pelanggannya ke jaringan Telus. Telus diperkirakan akan menyetop layanan CDMA itu dan menggunakan frekuensi milik Public Mobile untuk LTE.(id)