telkomsel halo

Ekspansi Telkom

Menggoyang Harimau Malaya di Kandang

10:35:12 | 26 Aug 2013
Menggoyang Harimau Malaya di Kandang
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) usai berganti logo dengan dominan warna  Merah-Putih terlihat lebih agresif dan ekspansif.

Setidaknya itu bisa dilihat dengan terealisasinya niat untuk masuk ke pasar Malaysia melalui konsep Mobile Virtual Network Operator (MVNO) pada 25 Agustus 2013.

“Masuk ke Malaysia pada 25 Agustus, tak ada perubahan. Setelah ini Macau. Ini bagian dari International Expansion (Inex),” ungkap Direktur Utama Telkom Arief Yahya dalam pesan singkatnya akhir pekan lalu.

Dijelaskannya, Telkom  akan menyasar pasar wisatawan baik dari Indonesia maupun Malaysia, disamping warga negara Indonesia yang telah menetap di negara jiran tersebut.

Telkom masuk ke Malaysia melalui anak usaha dari PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin) yakni Telkom International (Sdn Bhd) atau Telin Malaysia. Telin Malaysia sudah mendapatkan lisensi MVNO dan memilih bermitra dengan Maxis.

Produk MVNO yang akan dilepas adalah kartuAS 2 in 1 dan berbasis prabayar yang berlaku  ke semua orang di Malaysia.  Kartu tersebut dijual sekitar 10 ringgit dengan delapan ringgit pulsa didalamnya serta sejumlah fasilitas sms gratis dan lainnya.

Diperkirakan  jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI)  sekitar 2,8 juta,  wisatawan,  sekitar 300 ribu, dan pelajar  200 ribuan.
Total nilai pasar seluler orang Indonesia di Malaysia diperkirakan sekitar US$ 48 juta. Telkom dikabarkan menyiapkan investasi sekitar US$ 10 juta untuk mendukung ekspansi ke negeri yang dijuluki Harimau Malaya ini.

Penetrasi pengguna seluler di Malaysia diperkirakan  sudah mencapai 132%. Di Malaysia, terdapat tiga pemain besar seluler yakni  Maxis, Celcom, dan Digi. Maxis dan Celcom disebut sebagai penguasa dengan pangsa pasar 32%-33% bagi keduanya.

“Kami sudah jalin kerjasama dengan perusahaan biro perjalanan wisata agar para wisatawan yang berkunjung ke Malaysia dan Indonesia dapat lebih mudah untuk berkomunikasi,” kata Pria yang akrab disapa AY itu.

CEO Telin Malaysia Oki Wiranto mengungkapkan, walau baru berdiri beberapa komitmen sudah didapatkan perseroan seperti  dari segmen korporat untuk layanan  sarana ICT, mobile EDC, telekomunikasi back office, dan solusi lainnya.

“Kita menjadi jembatan bagi perusahaan yang juga memiliki bisnis di Malaysia. Muamalat dan Mandiri sudah ada pembicaraan,” katanya.   

Direktur Enterprise and Business Services Telkom Muhammad Awaluddin beberapa waktu lalu menyatakan, layanan yang diberikan Telkom kala pintu ekspansi di buka memang tak hanya sebatas layanan suara dan SMS.

“Kita juga akan kembangkan bisnis remitansi. Jadi, setiap ekspansi itu banyak gerbong layanan yang ikut,” ungkapnya.

Tantangan
Diungkapkan Oki, peluncuran resmi dari produk prabayarnya akan dilakukan pada  29 September 2013. Dalam tahap pertama Telin sepertinya tak bisa menjalankan MVNO mandiri karena semua keputusan pemasaran harus berkoordinasi dengan Maxis.

Isu beredar mengatakan dalam commercial agreement antara Telkom dan Maxis diatur masalah margin yang bisa diambil oleh Telin Malaysia dalam menggelar MVNO.

Hal ini menjadikan, walau Telin Malaysia memiliki  full MVNO license disana, tetapi bergerak ala Co Branding.

Kondisi ini berbeda dengan Telin  Hong kong dimana Full Degree MVNO dijalankan dengan mitra CSL Limited sehingga terjadi investasi   untuk Intelligent Network (IN), billing prepaid, Vas, atau SMS Center.

Di Hong Kong, Average Revenue Per User (ARPU) dari kartu AS 2 in 1 hasil kerjasama Telin Hong kong dengan operator CSL Limited sekitar Rp 250 ribu dari 50 ribu pelanggan. Penjualan per bulan dari kartu AS 2 in 1 sekitar Rp 7 miliar.Telin Hongkong resmi beroperasi pada 1 Maret 2011. Sedangkan Produk MVNO baru dilepas Oktober 2012.

Sekadar diketahui, MVNO merupakan bentuk kerja sama penyelenggara jasa layanan telekomunikasi bergerak seluler dan terbatas dalam bentuk layanan suara dan data.

Dalam menggelar layanan, penyelenggara MVNO bekerja sama dengan operator telekomunikasi yang memiliki izin alokasi spektrum frekuensi dan lisensi jaringan akses. Penyelenggara MVNO tidak memiliki izin spektrum frekuensi dan lisensijaringan akses.

Perbedaan antara strategi MVNO dengan co-branding adalah, jika MVNO mendapatkan kebebasan dalam menjalankan strategi pemasaran karena memiliki Intelligent Network (IN), billing prepaid, Vas, dan SMS Center sendiri.Sedangkan  co-branding  tergantung kepada mitra dimana semua aktifitas pemasaran harus mendapatkan persetujuan mitra.  

Kala acara buka bersama dengan media di Jakarta beberapa waktu lalu Oki menjelaskan hal yang menjadi masalah adalah   Maxis sebagai mitra tengah mengembangkan sistem di jaringannya dan baru selesai pada Januari 2014.

“Kita harus sinkronkan semua dengan sistem yang ada di Maxis. Lebih baik menunggu hasil pengembangan sistem mereka setelah itu kita investasi,” katanya.

Nah, jika sudah begini akan muluskah pencapaian target mencapai 100 ribu pelanggan MVNO di Malaysia untuk tahun pertama?
Pekerjaan yang berat bagi Telkom untuk menggoyang para Harimau Malaya di kandangnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year