telkomsel halo

Profesi ini menjanjikan di era AI

04:42:00 | 30 Jun 2025
Profesi ini menjanjikan di era AI
JAKARTA (IndoTelko) - Pemerintah mendorong generasi muda Indonesia untuk tidak hanya menjadi pengguna pasif teknologi kecerdasan buatan (AI), tetapi juga menguasai keahlian strategis seperti prompt engineering, sebuah profesi baru yang muncul seiring pesatnya adopsi AI di berbagai sektor.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Komunikasi dan Digital, Bonifasius Wahyu Pudjianto, menekankan pentingnya kemampuan menyusun perintah (prompt) secara cermat dalam menghasilkan output AI yang optimal.

“Saya mengimbau semua peserta untuk tidak hanya menjadi pengguna pasif. Pengguna pasif itu hanya memakai AI dengan prompt sederhana. Ada yang lebih unggul hasilnya, yaitu kita menjadi prompt engineer,” ujar Bonifasius.

Ia menjelaskan, prompt engineering bukan sekadar menulis perintah ke mesin AI, melainkan menyusun instruksi yang terstruktur dan kompleks agar menghasilkan konten atau solusi yang berkualitas. Profesi ini, lanjutnya, terbuka bagi semua disiplin ilmu, dan sangat relevan untuk pengembangan konten multimedia, seperti yang ditekuni sivitas STMM.

“Kita melihat opportunity yang besar, terutama di bidang pembuatan konten multimedia. Oleh karena itu, mahasiswa harus mampu beradaptasi dengan teknologi terbaru tanpa meninggalkan fondasi ilmu yang sedang mereka pelajari,” tegasnya.

Senada dengan itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Digital, Ismail, menegaskan bahwa penguasaan teknologi digital termasuk AI harus disertai dengan ketahanan nilai dan budaya bangsa.

“Digitalisasi bukan hanya soal percepatan teknologi, tetapi juga membangun ketahanan. Kita perlu mempersiapkan generasi muda agar tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki daya tahan dan nilai kebangsaan,” ujar Ismail.

Ia mengingatkan bahwa di balik manfaat digitalisasi terdapat tantangan seperti ancaman siber dan pergeseran nilai akibat pemanfaatan teknologi yang tidak seimbang. Karena itu, pendekatan etis dan kolaboratif diperlukan dalam pengembangan kebijakan AI, termasuk sandboxing sebagai strategi inovasi yang aman dan terarah.

“Kita tidak kekurangan kreativitas. Tapi kita harus tahu batasnya. Etika, budaya, dan nilai adalah bagian dari batasan itu,” tambahnya.

Ismail juga menekankan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, tetapi harus menjadi pengorkestra dalam menyinergikan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari regulator, akademisi, industri, hingga masyarakat sipil.

GCG BUMN
Dengan penguatan kapasitas di bidang AI dan profesi baru seperti prompt engineer, pemerintah berharap Indonesia bisa membangun kedaulatan digital yang tangguh dan inklusif. Sejalan dengan visi besar transformasi digital nasional, pengembangan SDM digital tak hanya mengejar efisiensi, tetapi juga memperkuat martabat bangsa di era teknologi.(wn)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories