telkomsel halo

Wow, produk Everina hadir di Amazon Handmade

10:28:30 | 15 Feb 2018
Wow, produk Everina hadir di Amazon Handmade
LOS ANGELES (IndoTelko) – Indonesia Trade Promotion Center Los Angeles (ITPC LA) semakin gencar melakukan promosi produk ke berbagai platform e-dagang (e-commerce) di pasar Amerika Serikat (AS).

Inkubator produk artisan binaan ITPC LA, Everina yang menghasilkan berbagai macam tas buatan tangan asal Indonesia, berhasil melewati proses kurasi produk dan manajemen usaha sehingga dapat menjual ke salah satu platform e-dagang raksasa dunia, Amazon Handmade.

Peluang ini merupakan hasil upaya ITPC LA, setelah sebelumnya mempertemukan salah satu pendiri Everina dengan Kepala Amazon Handmade North America, pada Minggu (16/12) lalu di LA.

“Hal ini merupakan contoh upaya positif ITPC LA mendorong ‘Akselerasi Perdagangan di Era Ekonomi Digital’ sejalan dengan tema Rapat Kerja Kemendag awal tahun 2018,” ungkap Kepala ITPC LA Antonius A. Budiman dalam keterangan, belum lama ini.

Merek Everina menghadirkan berbagai produk tas selempang berbahan rotan, tas jinjing berbahan lamun (sejenis rumput laut), dan tas tenun ikat. Produk-produk tersebut merupakan produk buatan tangan yang dibuat oleh para pengrajin wanita di Nusa Tenggara Timur dan Bali.

Amazon Handmade merupakan bagian dari platform eCommerce raksasa dunia, Amazon, yang mengkhususkan pada penjualan produk buatan tangan. Beberapa tahun terakhir, konsumen AS sangat tertarik dengan produk buatan tangan karena memiliki keunikan tersendiri

Untuk dapat menjadi pemasok dan menjual produk di Amazon Handmade, para kurator harus memperhatikan desain dan kualitas produknya. Selain itu, pemasok harus berkontribusi terhadap kesejahteraan para pengrajinnya.

Sebagai inkubator ITPC LA, Everina berkomitmen membawa produk artisan Indonesia ke pasar AS dengan mengutamakan kesejahteraan pengrajinnya di Indonesia. "Para pengrajin akan diuntungkan dengan harga yang layak, lingkungan kerja yang sehat, serta penggunaan berbagai material yang ramah lingkungan,” ujar Antonius.

“Masuknya produk artisan Everina di Amazon Handmade dan Etsy membuka peluang untuk menjangkau konsumen baru secara digital di seluruh pelosok AS dan bahkan dunia. Ini kesempatan besar bagi produk buatan Indonesia untuk go-digital dan menjangkau konsumen secara langsung,” terang Antonius.

Sebelumnya, ITPC LA juga telah memperkenalkan Everina dengan Zulily. Platform eCommerce yang berpusat di Seattle ini fokus pada keunikan produk untuk wanita dan anak-anak. Zulily yang telah berdiri sejak tahun 2010 menjual produk melalui metode penawaran barang dalam waktu yang terbatas (flash sales). Saat ini Zulily masih dalam tahap mengkurasi produk Everina.

Selain itu, ITPC LA bersama Everina juga telah melakukan pendekatan dengan platform eCommerce Nordstrom. Everina tengah menyiapkan berbagai data terkait informasi produk untuk segera disampaikan ke Nordstrom.

“Berbagai respons positif ini merupakan bukti tingginya minat konsumen AS untuk produk artisan. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk peningkatan ekspor Indonesia ke AS, terutama di kawasan Pantai Barat,” kata Antonius.

Konsul Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) Simon Soekarno menambahkan bahwa perubahan fundamental menuju tren digital diperkirakan akan terus meningkat, sehingga The Wall Street Journal menginformasikan para peritel besar seperti Macy’s, West Elm, Whole Foods, dan Nordstrom untuk mulai mencari berbagai produk artisan dari berbagai negara.

Pada periode Januari-Oktober 2017 impor produk tas dan aksesori AS mencapai US$10,9 miliar, naik 1,36% dari periode yang sama di tahun 2016. Sementara itu, impor dari Indonesia pada periode Januari-Oktober 2017 untuk produk ini mencapai US$203,80 juta. Jumlah ini meningkat sebesar 39,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$146,57 juta. Nilai ini melampaui total impor tertinggi dari Indonesia selama 5 tahun terakhir.

Negara asal impor tertinggi untuk produk tas dan aksesori pada tahun 2016 adalah Tiongkok dengan nilai mencapai US$7,5 miliar. Namun untuk periode Januari-Oktober 2017 nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 1,91% dari US$6,4 miliar menjadi US$6,27 miliar dibandingkan periode yang sama pada 2016.

Sementara itu, peringkat Indonesia mengalami peningkatan dari negara urutan ke-8 pada periode Januari-Oktober 2016 menjadi peringkat ke-7 pada periode yang sama tahun 2017.(ak)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year