JAKARTA (IndoTelko) – PT XL Axiata Tbk (EXCL) mengalami masa yang sulit hingga sembilan bulan pertama 2014.
Anak usaha Axiata ini terkena dampak fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sehingga mengalami rugi kurs yang lumayan tinggi. Alhasil, perseroan mengalami kerugian di periode tersebut karena beban utang dan operasional dalam dollar AS lumayan besar.
Dalam info memo laporan keuangan XL Axiata untuk sembilan bulan pertama 2014 terlihat XL mengalami kerugian Rp 901 miliar berbanding terbalik dengan periode sama tahun lalu masih menikmati keuntungan Rp 917 miliar.
XL mengalami rugi kurs di periode sembilan bulan 2014 sebesar Rp 1,058 triliun menggelumbung dibandingkan periode sama tahun lalu rugi sebesar 192 miliar.
Hingga kuartal ketiga 2014 perseroan memiliki utang dalam dollar AS sebesar US$ 1,596 miliar dan rupiah sebesar Rp 11,050 triliun. Total utang yang dimiliki sekitar Rp 30,413 triliun hingga tutup September 2014 mengakibatkan peningkatan hutang bersih/EBITDA dari 1.8x menjadi 3.2x.
Sepanjang sembilan bulan pertama 2014, XL telah membayar utang jatuh tempo sebesar Rp 1,25 triliun dan US$ 60 juta. Selain itu perseroan menarik fasilitas pinjaman dari Bank UOB US$ 50 juta.
“Secara operasional kinerja XL bagus, lihat di sisi EBITDA-nya. Sedangkan laba perusahaan terkena dampak pada fluktuasi kurs dimana fluktuasi tersebut terjadi diluar kontrol kita. Untuk mengurangi dampak kerugian kurs, XL melakukan hedging terhadap hutang Perusahaan,” kata Presiden Direktur XL Axiata Hasnul Suhaimi, kemarin.
Diungkapkannya, hingga September 2014 perseroan telah melakukan hedging sekitar 63% dari hutang bank yang dimiliki. XL hingga kuartal ketiga 2014 memiliki Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) sebesar Rp 6,3 triliun atau turun 1% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 6,4 triliun.
EBITDA margin mengalami penurunan 4% dari posisi 40% menjadi 36%. Penurunan EBITDA tak bisa dilepaskan dari akuisisi Axis dimana operator itu memiliki EBITDA negatif.
Operasional
Di pos operasional, XL memiliki pendapatan tumbuh dari Rp 15,8 triliun di akhir September tahun lalu menjadi Rp 17,5 triliun di periode tahun ini atau tumbuh 11%.
Pasokan pendapatan berasal dari layanan suara sebesar Rp 5,9 triliun, SMS (Rp 3,5 triliun), data dan VAS (Rp 4,5 triliun), interkoneksi dan roaming (Rp 2,3 triliun), serta bisnis telekomunikasi lainnya (Rp 1,17 triliun). “Layanan data memberikan kontribusi pertumbuhan tertinggi dengan pertumbuhan 43% dan berkontribusi 28% ke total pendapatan,” ungkapnya.
Diungkapkannya, saat ini jumlah pelanggan Data mencapai 31,2 juta pelanggan atau 53% dari total pelanggan. Pengguna smartphone memberikan kontribusi sebesar 25% dari total pelanggan atau mencapai 14,6 juta pengguna. XL memiliki 58,3 juta pengguna dengan Average Revenue Per User (ARPU) Rp 25 ribu.
XL terus berinvestasi di infrastruktur agar kualitas layanan data tetap terjaga dengan total 49.682 BTS yang dimiliki termasuk 15.429 Node Bs. XL telah membelanjakan belanja modal Rp 5,3 triliun untuk belanja modal yang menggunakan kombinasi dana internal dan hutang.
“Kami memprediksi pertumbuhan pendapatan tahun ini low teens dengan EBITDA margin di sekitar 30% dengan penyerapan belanja modal Rp 7 triliun,” pungkasnya.(id)