telkomsel halo

XL dan Axis Sudah Sulit Dipisah?

10:38:38 | 25 Nov 2013
XL dan Axis Sudah Sulit Dipisah?
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Konsolidasi yang dirancang PT XL Axiata Tbk (XL) dan PT Axis Telekom Indonesia (Axis) sepertinya sudah sulit dibatalkan. Ibarat pasangan muda yang tengah dimabuk asmara, kedua operator ini sulit untuk dipisah karena sudah terlalu jauh melangkah.

Simak saja, sejak XL melakukan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Bersyarat (Conditional Sales Purchase Agreement/CSPA) dengan Saudi Telecom Company (STC) dan Teleglobal Investment B.V. (Teleglobal) untuk membeli  Axis, banyak peristiwa yang melibatkan kedua operator.

Mulai dari kembali digelarnya roaming nasional karena BTS-BTS yang dimiliki Axis dimatikan oleh penyedia menara atau  XL yang ikut membantu menyakinkan para pelaku usaha di bisnis menara untuk merestrukturisasi  kontrak dengan Axis.

Sinyal tak akan berpisah pun kian menguat kala beberapa waktu lalu Vice President Corporate Communication XL Turina Farouk menyiratkan jika keputusan menteri tidak sesuai dengan keinginan perseroan dipastikan bahwa pembelian Axis tidak akan batal.

"Kami menargetkan CSPA kami closing pada akhir tahun ini. Kami tidak ingin berekspetasi apa pun terkait putusan tersebut. Namun jika keputusan menteri tidak sesuai dengan keinginan perseroan, kami pastikan bahwa pembelian Axis tidak akan batal. Saat ini kami tidak bisa berkomentar terkait opsi-opsi yang dikeluarkan menteri," katanya beberapa waktu lalu.

Layaknya pasangan akan menikah, tinggal rekomendasi teknis dari Menkominfo terkait alokasi kepemilikan frekuensi yang menjadi restu terakhir kedua pasangan ke jenjang selanjutnya.

Soal mahar,  XL sudah sepakat  mengeluarkan dana sebesar US$ 865 juta atau sekitar Rp9,7 triliun. Jumlah itu di luar tanggungan seluruh kewajiban Axis dalam dua tahun mendatang yang.jumlahnya mencapai  Rp 7,4 triliun.

Total biaya yang harus ditanggung XL untuk mengakuisi AXIS sekitar Rp 17,1 triliun. Jumlah pembayaran tersebut sekitar 40% dari nilai kapitalisasi pasar XL yang mencapai Rp 43,95 triliun.  

Kabar beredar tiga opsi disodorkan ke Menkominfo yakni  pengembalian  pita selebar 5 MHz di frekuensi 2.100 MHz, pengembalian 5 MHz di frekuensi 1.800 MHz, dan  pengembalian pita lebar 5 MHz masing-masing di frekuensi 2.100 MHz dan 1.800 MHz.

Bahkan, terdapat juga opsi alternatif seandainya tiga opsi yang disodorkan rentan penolakan di industri atau oleh XL yakni menarik frekuensi selebar 5 MHz di 2,1 GHz dan 2,5 Mhz di 1.800 MHz.

Dari semua opsi yang ada, hanya satu opsi yang kemungkinan dihindari oleh XL yakni ditarik masing-masing 5 MHz di 2,1 GHz dan 1.800 MHz. Pasalnya, jika itu terjadi maka XL-Axis nantinya  hanya memiliki 17,5 MHz di 1.800 MHz.

Padahal, XL membutuhkan frekuensi ini guna menggelar Long Term Evolution (LTE). Sebuah alokasi yang tak ideal jika memliki alokasi di bawah 20 MHz mengingat LTE membutuhkan dedicated frekuensi lumayan besar

Menurut Sekjen Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Pardomuan Sihombing tidak mudah bagi XL untuk merealisasikan aksi korporasi itu.  

“Ini  menjadi benchmark bagi industri dan pemerintah untuk mendorong konsolidasi berikutnya antar operator yang jumlahnya masih terlalu banyak ini. Jika biaya demikian besar, sementara benefit yang diterima oleh pelaku usaha dan konsumen terbatas, tentunya akan menghambat upaya untuk menciptakan konsolidasi lanjutan,” katanya.

Memang, untuk menuju jenjang pernikahan itu tidak mudah. Dan lebih tidak mudah ketika sudah menjalani pernikahan nantinya. So, kita tunggu saja akhir dari kisah “pasangan” yang tengah dimabuk asmara ini.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year