telkomsel halo

Harga SIM Card Rp 100 ribu Hambat Penetrasi Seluler

12:12:25 | 22 Jul 2013
Harga SIM Card Rp 100 ribu Hambat Penetrasi Seluler
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Wacana harga SIM Card perdana dibanderol sebesar Rp 100 ribu dinilai bisa menghambat penetrasi seluler karena entry barrier untuk menikmati layanan menjadi tinggi.

“Kami tak setuju kalau dibanderol Rp 100 ribu. Kasihan orang-orang yang belum menikmati layanan seluler. Entry barrier-nya jadi tinggi, harga itu terlalu mahal,” ungkap President Director & CEO Indosat Alexander Rusli di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, jika tujuan untuk menertibkan penggunaan kartu prabayar yang menjadi perhatian pemerintah, maka operator harus  bekerja lebih keras memberikan layanan yang membuat pelanggan tak mudah berpindah.

“Salah satunya dengan uang digital dimana pelanggan menjadi tak rela pindah nomor karena itu sudah menjadi rekening virtualnya,” katanya.

Sekadar diketahui, walau di Indonesia penterasi SIM Card melebihi total populasi yang 250 juta jiwa, tetapi sebenarnya jumlah pengguna seluler baru sekitar 50%-60% dari populasi. Pasalnya, Indonesia adalah negeri multiple SIM Card alias satu pengguna bisa memiliki lebih dari dua kartu prabayar.

Secara terpisah, Wakil Ketua Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) M. Budi Setiawan mengatakan belum ada kata putus untuk nominal yang layak bagi kartu perdana. “Ada yang usul Rp 100 ribu, tetapi ada yang usul juga di atas atau di bawah angka itu. Tetapi, memang harga kartu perdana itu akan dinaikkan agar orang tidak mudah buang-buang nomor,” katanya.

Diharapkannya, jika harga SIM Card dinaikkan maka bisa   menekan tingkat pindah layanan (Churn rate) yang terlalu tinggi di Indonesia yang di kisaran 20% setiap bulannya. Padahal, di luar negeri di angka 18% setiap tahun.

Presiden Direktur  XL Axiata Hasnul Suhaimi memprediksi jika Sim Card harganya Rp 100 ribu maka churn rate akan turun siginifikan.“Syaratnya, harus  konsisten dan diawasi dengan ketat. Selama ini terdapat sekitar  50 juta sim card hilang setiap tahunnya atau setara Rp 3 triliun terbuang percuma  setiap tahunnya,” katanya.

Menurutnya, bagi operator dalam penetapan harga SIM Card itu memiliki dua konsekuensi. Jika harga tinggi maka churn akan terjaga, sementara jika harga dibanting maka pertumbuhan akan terjadi. “Kita ikut pemerintah saja, mana yang mau dipilih,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) yang juga Direktur Utama Telkomsel, Alex Janangkih Sinaga mengingatkan industri seluler nasional bisa kolaps jika beleid harga Sim Card perdana senilai Rp 100 ribu diterapkan.   

Menurutnya, karakter masyarakat Indonesia dalam berlangganan telekomunikasi sangat price sensitf sehingga jika dipasang banderol mahal, dijamin akan ditinggalkan pengguna.

Apalagi, pasar Indonesia adalah prabayar. Hal itu bisa terlihat di Telkomsel dimana pengguna pascabayar hanya  2,5 juta nomor sementara prabayar 122,5 juta nomor.

Fakta lainnya, banderol Sim Card murah telah menjadi alat persaingan bagi operator untuk mendapatkan pelanggan baru. Biasanya, kala dilepas 8 kartu perdana, satu akan kembali menjadi pelanggan setia.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year