Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Cucu usaha Telkom di Timor Leste, Telkomcel, bergabung dengan Bridge Alliance untuk memudahkan layanan roaming internasional mulai 9 Juli lalu.
Bridge Alliance selama ini identik dengan operator-operator yang sahamnya diwarnai oleh SingTel dari Singapura.
Aliansi ini berisikan Airtel (India), AIS (Thailand), CSL (Hong Kong), CTM (Macau), Globe Telecom (Filipina), Maxis (Malaysia), MobiFone (Vietnam), SingTel Mobile (Singapura), Optus Mobile (Australia), SK Telecom (Korea Selatan), Taiwan Mobile (Taiwan), dan Telkomsel (Indonesia).
“Kami senang Telkomcel bergabung dengan Bridge Alliance,” kata Chief Executive Officer Bridge Alliance Alessandro Adriani dalam keterangannya.
Chief Executive Officer Telkomcel Dedi Suherman mengharapkan masuknya Telkomcel ke Bridge Alliance akan membawa manfaat bagi masyarakat Timor Leste dengan penawaran produk dan layanan yang menarik untuk enterprise dan roaming antarnegara.
"Bridge Alliance akan membantu kami untuk menjadi yang terdepan dalam industri telekomunikasi yang perubahannya sangat cepat," kata Dedi.
Telkomcel berdiri sejak 17 September 2012 dan resmi beroperasi pada 7 Januari 2013. Telkomcel telah memiliki 60 ribu pelanggan di Timor Leste. Perusahaan menargetkan cakupan layanan mencapai 95% wilayah Timor Leste melalui teknologi 2G dan 3G.
Perseroan ditopang investasi sekitar US$ 50 juta dari Telkom dengan mengoperasikan 63 BTS yang melayani 6 distrik di Timor Leste, yakni di Dili, Baukau, Elmera, Aieleu, Bobonaro, dan Likisa.Telkomcel memiliki alokasi frekuensi sebanyak 5 MHz di rentang 850 MHz dan 15 MHz di rentang 2,1 GHz.
Di Timor Leste terdapat total 400 ribu pelanggan seluler dengan average revenue per user (ARPU) mencapai US$ 10 atau hampir Rp 100 ribu. Telkomcel menargetkan revenue omzet pada tahun ini sekitar US$ 10 juta dengan memiliki 120 ribu pelanggan.(ak)