telkomsel halo

Konsolidasi CDMA Bergantung FREN dan BTEL

13:13:47 | 27 May 2013
Konsolidasi CDMA Bergantung FREN dan BTEL
Alexander Rusli (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Konsolidasi antar pemain berbasis teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) di frekuensi 850 MHz  akan bergantung kepada PT  Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL).

“Kalau saya prediksi jika pemain di 850 MHz harus konsolidasi, itu bergantung kepada dua perusahaan yang sudah tercatat di bursa seperti FREN dan BTEL. Kalau di Indosat, StarOne itu kan unit bisnis, sama dengan Flexi di Telkom,” ungkap President Director & CEO Indosat Alexander Rusli di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, sebagai perusahaan yang sudah tercatat di papan bursa tentu tak mudah bagi kedua operator melakukan konsolidasi tanpa persetujuan dari investor.

Dijelaskannya, Indosat sendiri sebagai pemilik merek dagang StarOne dalam posisi menunggu untuk model konsolidasi di 850 MHz. “Kita ini tak maksimal memanfaatkan 5 MHz itu. Ada yang dijadikan guardband untuk jasa seluler frekuensinya. Posisi kita menunggu kalau ada yang inisiatif mau  network cooperation version,” jelasnya.

Berdasarkan kinerja kuartal I 2013, jumlah pelanggan StarOne 142 ribu pengguna atau turun dari 211 ribu di semester I 2012. Pendapatan StarOne turun 43% menjadi Rp 15,9 miliar dari Rp 28,1 mniliar di kuartal I 2012.

Sebelumnya, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika Kemenkominfo  Muhammad Budi Setiawan mengungkapkan, para pemain berbasis teknologi CDMA menyambut positif ide Mobile Virtual Network Operator (MVNO) yang digulirkan regulator untuk menjamin kelangsungan bisnisnya di era data.

“Ide pemerintah untuk pemain CDMA itu berkonsolidasi disambut positif. Kondisi sekarang pemain CDMA itu hidup susah, mati segan. Jika konsolidasi dan jalankan konsep MVNO untuk Long Term Evolution (LTE) lebih baik,” ungkapnya.

Konsep MVNO yang digulirkan pemerintah yakni dimana semua pemain CDMA mengembalikan dulu frekuensi ke pemerintah. Setelah itu, para pemian mendirikan konsorsium untuk mengelola frekuensi yang telah dikonsolidasikan.  Berikutnya, masing-masing merek dagang yang ada bisa menyewa kapasitas ke konsorsium untuk berjualan akses.
 
Saat ini pemain berbasis CDMA di 850 MHz adalah  Indosat dengan merek StarOne,  Telkom dengan merek Flexi,  PT Mobile-8 Telecom, dan Bakrie Telecom dengan merek Esia. Masing-masing pemain hanya punya lebar pita frekuensi 5 MHz.

Jika dikonsolidasikan, terdapat pita frekuensi selebar 20 MHz yang lumayan ideal untuk TDD LTE.Kapasitas 20 MHz diyakini bisa memberikan kecepatan akses data mencapai 200  Mbps. Sedangkan jika hanya 5 MHz, maka kecepatan akses data tinggal 40 Mbps saja.

Fitch Ratings dalam risetnya pernah memprediksi  perusahaan telekomunikasi yang berukuran lebih kecil dimana kebetulan menggunakan teknologi CDMA dalam posisi sulit bersaing  di tengah penurunan tarif, profitabilitas rendah, dan tekanan dari kondisi neraca.

Fitch memperkirakan operator CDMA kemungkinan akan merjer untuk memperkuat posisinya. Untuk  Bakrie Telecom diperkirakan akan menghadapi ancaman likuiditas di 2013 karena EBITDA atau arus kas bersihnya tidak akan mampu menutup beban utangnya. Fitch memprediksi operator CDMA yang tengah kesulitan seperti BTEL dan FREN  kemungkinan akan berkonsolidasi.(ct)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year