Indosat tak lagi agresif besarkan Dompetku

13:02:04 | 13 Jun 2017
Indosat tak lagi agresif besarkan Dompetku
JAKARTA (IndoTelko) – PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo sepertinya tengah menata bisnisnya dengan kembali fokus ke bisnis inti yakni layanan seluler.

Hal itu sangat terlihat dari dihentikannya layanan eCommerce Cipika dan mulai pelan-pelan tak dikembangkannya lagi mobile finance Dompetku. (Baca: Produk Dompetku)

“Kami pelan-pelan tak kembangkan Dompetku. Sudah terlalu “dalam” uang dikeluarkan, sementara return ke perusahaan tak bagus. Hanya membebani EBITDA dan EBITDA margin. Tak bagus bagi perusahaan secara keseluruhan,” ungkap Presiden Direktur & CEO Indosat Alexander Rusli kala berbuka bersama media, kemarin.

Ditegaskannya, sebagai perusahaan seluler, Indosat dilihat dari matriks yang nyata yakni raihan pendapatan, Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA), dan EBITDA margin. (Baca: Penutupan Cipika)

“Walaupun pengaruhnya 0,1-0,2% tetapi itu mempengaruhi performa perusahaan secara keseluruhan.Setelah jalan 4 tahun hingga sekarang, saya belum menemukan strategi dimana tak “bakar” uang untuk dapatkan pendapatan dan pelanggan bagi Dompetku. Masa transaksi naik kalau kita bikin promosi terus,” keluhnya.

Bantah
Alex pun membantah isu yang beredar di pasar bahwa Dompetku telah dicaplok oleh PT Solusi Pasti Indonesia (SPI) yang mengelola uang elektronik PayPro. (Baca: Kerjasama Indosat dan Paypro)

“Gak lah. Lisensi Dompetku itu melekat ke Indosat, gimana mau dilepas. Tepatnya PayPro itu salah satu mitra dari Dompetku. Kita terbuka kerjasama dengan siapa pun untuk kembangkan Dompetku. Tadi saya bilang kan aktivasi dari Indosat yang dikurangi,” jelasnya.

Alex pun memastikan tak melakukan Spin off terhadap Dompetku karena konsekuensinya adalah perusahaan harus menyuntik kembali dana segar. “Tadi kan saya bilang sejauh ini tak ada planning yang menyakinkan dimana tak "bakar" uang untuk aktivasinya,” tukasnya.

Lebih lanjut Alex menyatakan sejauh ini Indosat hanya masih mengelola lini bisnis iklan digital Indonesia Mobile Exchange (IMX) karena ada kontribusi pendapatan dan model bisnis yang jelas serta tak beresiko.

“IMX dan inkubator startup kita masih jalankan. Soalnya kan itu kita bermitra. Memang ke depan kita kembangkan pola bermitra untuk digital bisnis ini,” katanya.

IMX adalah perusahaan patungan (joint venture) antara anak usaha Ooredoo ini dengan Smaato. IMX  fokus pada bisnis Real-Time Bidding (RTB) Advertising Exchange. (Baca:Iklan Digital dari Indosat)

Alex pun mengaku tak khawatir dengan langkah yang diambil menjadikan Indosat kedodoran di bisnis digital ketimbang pesaingnya.

“Gak papalah kalah di digital, asal jangan di core bisnis. Kita tak bisa mengorbankan core bisnis terus-terusan untuk digital bisnis. Kita kan ambil dana untuk sales, marketing, dan bangun jaringan buat digital bisnis itu. Mending dipakai buat besarin seluler dan fokus kepada efisiensi agar core bisnis sehat,” tukasnya.

Alex juga menyakini, sebagai operator seluler tetap kompetitif di era disruptif oleh bisnis digital karena pemain jaringan selalu memiliki tempat di ekosistem.

”Kita punya lisensi dan frekuensi, tak ada yang bisa ambil itu dari perusahaan. Sekarang kita tinggal fokus kelola biaya agar efisien dan tingkatkan yield dari layanan data yang sudah berkontribusi 50% bagi total pendapatan,” pungkasnya.(id)

Artikel Terkait