JAKARTA (IndoTelko) Aktivitas aset kripto di Indonesia kian meningkat dan menegaskan posisi Tanah Air sebagai salah satu pusat aktivitas onchain terbesar di negara berkembang.
Laporan State of Crypto 2025 dari perusahaan modal ventura global a16z menempatkan Indonesia di jajaran teratas negara dengan pertumbuhan pengguna dompet kripto mobile paling cepat sejak 2022.
Seiring peningkatan adopsi kripto oleh masyarakat, Bank Indonesia (BI) juga mengambil langkah besar dengan menyiapkan penerbitan surat berharga digital berbasis token yang didukung oleh obligasi pemerintah (SBN) dan dibangun di atas platform rupiah digital (CBDC).
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut inisiatif ini sebagai “versi stablecoin nasional Indonesia”, yang akan menjadi aset digital dengan nilai tetap karena didukung oleh instrumen keuangan resmi negara.
“Kita akan keluarkan bagaimana sekuritas Bank Indonesia, kita ada versi digitalnya — digital rupiah Bank Indonesia dengan underlying SBN, versi stablecoin-nya nasional Indonesia,” ujar Perry,
Stablecoin adalah aset digital yang nilainya dijaga tetap stabil karena didukung oleh cadangan tertentu, seperti mata uang fiat (misalnya dolar AS) atau aset keuangan lain seperti emas dan obligasi.
Berbeda dengan kripto seperti Bitcoin yang sangat fluktuatif, stablecoin dirancang untuk menjadi jembatan antara sistem keuangan tradisional dan ekosistem blockchain, memungkinkan transaksi digital berjalan cepat namun tetap stabil secara nilai.
Langkah BI tersebut dinilai sebagai sinyal kuat bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar pengguna kripto yang besar, tetapi juga mulai membangun fondasi teknologi dan kebijakan moneter digital yang terintegrasi.
“Pertumbuhan aktivitas onchain di Indonesia adalah refleksi dari peningkatan literasi digital dan kepercayaan masyarakat terhadap aset kripto. Kombinasi antara adopsi ritel yang masif dan inovasi kebijakan seperti stablecoin nasional menjadi momentum penting untuk membawa industri ini ke fase yang lebih matang,” kata CEO Tokocrypto Calvin Kizana.
Data Chainalysis Global Crypto Adoption Index 2025 menempatkan Indonesia di peringkat ke-7 dunia untuk tingkat adopsi kripto, dan peringkat ke-4 dalam aktivitas keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Sementara data Kementerian Perdagangan mencatat jumlah investor aset kripto di Indonesia telah melampaui 18,08 juta pengguna, dengan nilai transaksi kumulatif sepanjang 2025 (year-to-date) mencapai Rp360,30 triliun.
“Sinergi antara sektor swasta dan regulator menjadi kunci untuk memastikan ekosistem kripto berkembang sehat dan transparan. Dengan dukungan Bank Indonesia dan OJK, serta infrastruktur pelaku industri, Indonesia berpeluang menjadi pusat ekonomi digital berbasis blockchain di Asia Tenggara,’ katanya.
Integrasi antara CBDC rupiah digital dan stablecoin nasional diharapkan mampu menciptakan sistem keuangan yang lebih inklusif, efisien, dan tahan terhadap volatilitas global.
“Stablecoin nasional bisa menjadi jembatan antara sistem keuangan tradisional dan ekonomi digital berbasis blockchain. Langkah ini akan memperkuat kepercayaan publik terhadap aset digital lokal dan membuka peluang besar bagi inovasi Web3 serta tokenisasi aset di Indonesia,” tutup Calvin.(ak)