Koperasi yang manfaatkan digitalisasi baru 12%

09:15:27 | 17 Sep 2017
Koperasi yang manfaatkan digitalisasi baru 12%
YOGYAKARTA (IndoTelko) – Koperasi yang baru memanfaatkan digitalisasi untuk meningkatkan daya saingnya ternyata masih rendah. Hanya sebanyak 9.429 koperasi atau sekitar 12% yang sudah memanfaatkannya.

Sekretaris Menteri Koperasi dan UKM Agus Muharram dalam Sriboga Seminar dan  Expo Budaya dan Kuliner Nusantara di Jogja Expo Center,  Sabtu (16/9), mengungkapkan Hambatan peralihan ke jaringan online diantaranya ketidaktahuan manfaat dan pandangan negatif terhadap efek yang ditimbulkannya.

“Hari ini, skala usaha bapak dan ibu masih mikro, kecil, dan menengah. Nanti kalau ketemu saya lagi, skala usahanya sudah harus naik. Yang mikro jadi kecil, yang kecil dan menengah. Dan seterusnya,” kata Agus dalam keterangannya, Minggu (17/9).

Disarankannya, untuk meningkatkan skala usaha, pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) harus bergabung dalam suatu koperasi. Koperasi menjadi jembatan penghubung pelaku dengan mitra strategis (pemasok dan distributor) dan pasar.

"Pasar eCommerce sebesar Rp 337 triliun dengan 132 juta pengguna internet menjadi konsumen potensial. Belum banyak koperasi yang menyadari potensi tersebut sehingga masih sedikit yang memanfaatkan jaringan online," katanya.

Berdasarkan data tahun berjalan 2017, jumlah koperasi yang tercatat kementerian sebanyak 153.170 unit dengan 26,769 juta anggota. Jumlah koperasi yang sudah melaksanakan RAT sebanyak 80.008 unit.

Laporan hasil RAT yang disampaikan melalui jaringan online (melalui website, email, dan media sosial) sebanyak 9.429 unit atau hanya 12%. Berarti masih 70.579 unit mempergunakan media konvensional.

Sesmenkop dan UKM mengingatkan bahwa orientasi ekonomi sudah mengalami pergeseran paradigma sebanyak empat tahapan, yaitu ekonomi pertanian, ekonomi industri, ekonomi informasi, dan ekonomi kreatif. Guna mampu bersaing dalam paradigma yang sekarang ini, koperasi harus mengubah pola pikir (mindset) dalam hal desain, produk berkisah, simponi, empati, permainan, dan produk yang berarti.

Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerja Sama Ikopin, Yuanita Indriani mengatakan, pelaku UMK masih terjebak pada kurang percaya pada perubahan dan penolakan pada koperasi. Mayoritas masih belum siap dengan sesuatu yang berbau teknologi sehingga berdampak pada kualitas dan kuantitas produknya.

“Yang anehnya mereka menolak koperasi karena dinilai buruk, tetapi belum pernah berinteraksi dengan koperasi,” kata Yuanita.

Padahal koperasi bukan saja memperkuat kemitraan sesama anggota yang memiliki kesamaan produknya, namun juga membantunya dalam banyak hal, seperti : permodalan, posisi tawar terhadap pemasok, peningkatan kualitas produk, serta perluasan pemasaran.

Direktur Utama Sriboga Flour Mill (SFM), Alwin Arifin mengatakan bahwa pelaku usaha diharuskan melakukan pembenahan, termasuk dalam penguasaan teknologi, diantaranya pengepakan dan pemasaran.

“Kalau kita ingin maju, maka produknya harus tahan lama. Packing-nya harus bagus. Kalau rasanya sudah enak, kita mudah dapat pasar,” kata Alwin.

Dikatakannya, pada 350 peserta UMK yang menjadi mitra SFM, yang hadir pada seminar dan expo ini, segera melakukan perubahan paradigma. Sebab hanya pelaku yang mau berubah dan membuka pasar baru melalui jaringan online akan berdampak besar bagi produktivitas usahanya.(cp)

Artikel Terkait