telkomsel halo

Makro Ekonomi Galau, Multipolar Tetap Melaju

09:50:37 | 11 Apr 2014
Makro Ekonomi Galau, Multipolar Tetap Melaju
Manajemen Multipolar Technology (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) tetap mematok pertumbuhan usaha dobel digit ditengah kondisi makro ekonomi yang diprediksi galau sepanjang 2014 ini.

Kondisi makro ekonomi yang dipandang tak mendukung iklim usaha adalah terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, suku bunga Bank Indonesia yang belum stabil, dan adanya wacana penerapan pajak barang mewah untuk perangkat Teknologi Informasi (TI) seperti smartphone dan lainnya.

“Kami tahun ini  membidik pendapatan sebesar Rp 1,671 triliun atau naik 10%  dibandingkan 2013 sebesar Rp 1,51 triliun. Sedangkan keuntungan sebesar Rp 53 miliar atau naik 4,7% dibandingkan tahun lalu,” ungkap Presiden Direktur Multipolar Technology Wahyudi Chandra usai paparan publik, kemarin.

Menurutnya, target yang ditetapkan itu sudha mempertimbangkan kondisi makro ekonomi  karena pasar Teknologi Informasi (TI) di Indonesia menunjukkan sinyal perkembangan. 

“Walaupun kita tahu rupiah terdepresiasi, tetapi ada aturan pemerintah yang mendukung bisnis TI dan belanja TI itu jika sudah dialokasikan tak bisa disetop,” tuturnya.

Dikatakannya pasokan pendapatan akan berasal dari bisnis sistem integrasi sekitar 60% hingga 70% dan sisanya managed services termasuk software. “Dalam sistem  integrasi itu termasuk ada software dan infrastruktur,” katanya.

Direktur Independen  Multipolar Technology Halim D Mangunjudo menambahkan, walau tahun ini wacana pajak barang mewah akan dikenakan untuk perangkat TI, hanya akan membuat kejutan kecil dalam jangka pendek. 

"Betul sekali, ada dampak keterkejutan bagi market bahwa seolah membayar lebih untuk mendapatkan barang yang sama. Tetapi akan bersifat sementara dan tidak akan mempengaruhi kinerja perusahaan ," jelasnya.  

Direktur Keuangan Multipolar Hanny Untar mengungkapkan, perseroan banyak mendapatkan pendapatan dalam bentuk dollar AS sehingga fluktuasi nilai tukar tak begitu berpengaruh kepada pendapatan.

“Kami tahun ini menyiapkan belanja modal sebesar Rp 244 miliar  melesat dari tahun lalu sebesar  Rp 93,5 miliar,” ungkapnya.

Diungkapkannya, pendanaan belanja modal berasal dari pinjaman 60% dan sisanya kas internal. “Kita tahun ini ada utang jatuh tempo sebesar Rp 8,3 miliar dan Rp 200 miliar dana kas,”katanya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year