telkomsel halo

Popularitas dan netiket

10:07:16 | 15 May 2022
Popularitas dan netiket
Selebriti Deddy Corbuzier membuat gaduh media sosial dengan konten podcast di kanal Youtube yang dikelolanya.

Pria yang akrab menyapa penggemar podcast-nya dengan smart people itu menayangkan bincang-bincang santainya dengan pasangan Gay dimana salah satunya warga negara Indonesia.

Judul dari Podcast memang memicu orang berkomentar karena sangat provokatif. Buahnya, perdebatan sengit pun menyeruak di media sosial membahas isi podcast tersebut.

Banyak pihak menilai Deddy menjadi bagian dari propaganda Lesbian Biseksual, Gay, dan Transgender (LGBT). Sebuah isu yang sangat sensitif dibahas di Indonesia di ranah apapun, termasuk dunia maya.

Menyadari sudah menciptakan kegaduhan, Deddy pun membuat pernyataan melalui akun Instagramnya. Ia menyampaikan permohonan maafnya.

Dalam pernyataannya itu, Deddy Corbuzier menolak disebut mendukung kegiatan LGBT. "Seperti biasa ketika gaduh di sosmed.. Saya minta maaf. Kebetulan masih dalam suasana bulan Syawal," tulisnya di Instagram.

"Sejak awal saya bilang tidak mendukung kegiatan LGBT. Saya hanya melihat mereka sebagai manusia. Hanya membuka fakta bahwa mereka ada di sekitar kita dan saya PRIBADI merasa tidak berhak men-judge mereka," lanjutnya.

"I'm taking down the video. But I still believe they are human. Hope they will find a better way. Sorry for all," tutupnya.

Demokrasi?
Sementara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan baru bisa turun tangan menurunkan konten bertema LGBT di media sosial selama memenuhi dua syarat.

Syarat pertama adalah ada pelanggaran hukum, terutama UU Pornografi. Syarat kedua, meresahkan masyarakat.

Kominfo menyatakan tak akan terburu-buru menurunkan konten, termasuk soal LGBT, selama tak memenuhi dua syarat itu. Hal ini demi kepentingan demokrasi.

Jika membaca alasan Kominfo, tentunya bisa menjadi perdebatan sengit karena parameter yang digunakan lebih ke subyektifitas melihat sebuah konten.

Terlepas dari alasan “Demokrasi”, di banyak negara termasuk di Indonesia, upaya pihak-pihak tertentu mempromosikan LGBT dengan pesan utama "menyukai sesama jenis" dan "perilaku seks menyimpang adalah hal yang “wajar" terutama kepada remaja sangat gencar memanfaatkan berbagai platform digital dengan konten-konten popular.

Sehingga, ketika seorang Deddy yang memiliki jutaan pelanggan di Youtube terjebak membawa isu privat ke ranah publik, menjadi wajar kontroversi menyeruak.

Hal yang disesalkan dari aksi mantan mentalist itu adalah dengan popularitasnya bisa lupa dengan etika komunikasi di internet atau internet etiquette(netiket)

Popularitas tak menjadikan Anda mendapatkan imunitas untuk tak mengikuti aturan tak resmi agar komunikasi di dunia digital tidak menimbulkan masalah.

Aturan tak resmi itu diantaranya memperhatikan budaya, berhati-hati dengan efek power (follower), atau jangan membuat satir yang missleading.

Entah sadar atau tidak, berkat muncul di kanal Deddy, isu yang sebenarnya tak layak disebarkan atau dipopulerkan, karena jadi polemik, malah membuat informasi tersebut semakin luas diketahui dan menyebar.

Pasangan gay tersebut menikmati efek muncul di kanal Deddy dengan makin banyak dicari, dilihat, ditanggap, baik di YouTube, IG, hingga tiktok.

Sebagai informasi, hukum siber yang berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang RI No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yang mana terdapat lima pasal yang mengatur etika bermedia sosial, mulai pasal 27 hingga pasal 30. Ada pun kelima etika itu terdiri atas penggunaan komunikasi yang baik; tidak mengandung aksi kekerasan, pornografi dan SARA; berita yang diinformasikan adalah benar; menghargai karya orang lain; serta memberikan informasi pribadi sewajarnya.

Tahun lalu, survei yang dilakukan perusahaan Microsoft melalui Digital Civility Index (DCI), menunjukkan Indonesia menduduki rangking 29 dengan nilai DCI 76. Angka ini menunjukan tingkat keberadaban (civility) netizen Indonesia sangat rendah dibawah Negara Singapura dan Taiwan.

Untuk itu, kita harapkan kreator konten jangan hanya mengejar popularitas melalui kreasinya, tetapi ikut juga mengangkat peradaban dunia maya agar lebih beradab.

@IndoTelko

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year