telkomsel halo

OpenBTS Minta Diperlakukan Seperti Project Loon

08:25:29 | 30 Okt 2015
OpenBTS Minta Diperlakukan Seperti Project Loon
Menkominfo Rudiantara (kiri) bersama petinggi Google membahas eksekusi pilot project Loon (dok/Kominfo)
JAKARTA (IndoTelko) –  Aksi tiga operator besar asal Indonesia yang menandatangani kesepakatan dengan Google untuk melakukan uji coba teknis (Technical Test) penyediaan akses internet di Sumatera, Kalimantan, dan Papua dengan Balon Internet (Project Loon) mulai mendapat tanggapan di dalam negeri.

Ketiga operator yang menandatangani kerjasama itu adalah Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata. Langkah operator ini mendapat dukungan penuh dari Menkominfo Rudiantara yang hadir di seremoni penandatanganan di markas Google serta ikut dalam rapat eksekusi Pilot Projet Loon di Indonesia, esok harinya.

“Kami meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)  dapat memberikan dukungan yang sama kepada OpenBTS, juga kepada teknologi alternatif lainnya bila ada, sebagaimana telah diberikan terlebih dahulu kepada Project Loon Google,” kata Direktur Eksekutif ICT Watch Donny BU dalam siaran pers, Jumat (30/10).

Ditambahkannya, ICT Watch juga meminta kepada operator telekomunikasi Indonesia, hendaknya sepenuh hati mendukung penelitan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, semisal OpenBTS, yang sejatinya telah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh putra-putri Indonesia.

Menurutnya, teknologi Open BTS adalah teknologi yang telah terbukti dapat dikembangkan dari-oleh-masyarakat Indonesia untuk membantu mengatasi kesenjangan pembangunan infrastruktur telekomunikasi, juga dalam situasi gawat darurat kebencanaan.(Baca juga: Belum ada ruang untuk OpenBTS)

Saat ini di Indonesia sejumlah pihak pun telah melakukan penelitian dan pemanfaatan Open BTS secara terbatas, semisal yang dilakukan oleh Yayasan Air Putih, dalam penyediaan infrastruktur komunikasi saat gawat darurat kebencanaan.

Praktisi teknologi informasi Onno Purbo PhD juga telah menerbitkan buku tentang Open BTS dan kerap mendorong sejumlah perguruan tinggi untuk memiliki laboratorium Open BTS guna praktikum mahasiswa.

Sekadar diketahui, teknologi alternatif untuk membangun Base Transceiver Station (OpenBTS) bagi telekomunikasi GSM berbasis software open source biasanya memanfaatkan frekuensi 900 MHz atau 1.800 MHz.

Balon internet milik Google sendiri kabarnya akan memanfaatkan frekuensi 900 MHz milik tiga operator seluler.
Terkait hal ini, ICT Watch mengingatkan pemerintah bahwa spectrum frekuensi radio sebagai sumber daya terbatas. Untuk mengoptimalkannya dengan mengadopsi netralitas teknologi agar industry dapat menggunakan teknologi nirkabel yang paling efisien dengan ekosistem yang mendukung.

Adapun yang dimaksud dengan “netralitas teknologi” (technology neutrality), pada intinya adalah mengharuskan suatu regulasi haruslah dapat diterapkan pula pada teknologi alternatif yang ada, tidak boleh hanya berlaku bagi jenis teknologi yang telah/sedang digunakan saja atau yang dianggap primadona/unggulan saja.

“Project Loon Google di Indonesia menggunakan frekuensi 900 MHz.Jika begitu,  pemerintah haruslah melakukan upaya yang sama agar teknologi alternatif, semisal Open BTS, diperkenankan pula menggunakan frekuensi 900 MHz untuk penelitian dan pengembangannya,” pungkasnya.(id)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year