JAKARTA (IndoTelko) - Laporan terbaru dari JLL mengungkapkan bahwa sebanyak US$ 4,8 miliar dari total US$ 7,8 miliar yang diinvestasikan secara global oleh investor dari tahun 2013 sampai 2017 banyak dinikmati oleh startup di bidang teknologi properti atau ‘proptech’ di Asia Pasifik.
Angka itu telah melampaui startup di Eropa dan Amerika Serikat dengan jumlah total 179 startup yang telah berhasil mengumpulkan dana investasi sekitar US $ 4,8 miliar sejak 2013.
Salah satu konsultan properti international, Clicks and Mortar, merilis temuan barunya yang berjudul: Pengaruh Perkembangan Proptech.
Rilis ini menganalisa keadaan proptech dan potensi pertumbuhannya di 13 pasar di seluruh Asia Pasifik.
Dikeluarkan oleh JLL dan ditulis oleh komunitas start-up Tech In Asia, laporan tersebut juga mengungkapkan perkiraan pertumbuhan proptech di kawasan Asia Pasifiki, dan memperkirakan jumlah dana investasi pada tahun 2020 akan mencapai US $ 4,5 miliar per tahunnya.
Proptech merupakan perpaduan antara kata properti dan teknologi yang mengacu pada penerapan teknologi untuk menghadapi tantangan di industri real estate.
"Teknologi dan real estate bersatu dengan cara yang menarik. Kami sudah melihat potensi analisis data, kecerdasan buatan, the Internet of Things, virtual reality dan blockchain, yang dapat mengubah cara kita berinvestasi dan menempati real estate di masa depan," kata CEO, JLL Asia Pacific Anthony Couse dalam keterangannya, kemarin.
Menurutnya, hasil laporan tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak potensi untuk proptech di Asia Pasifik.
“Dengan berkembangnya generasi muda, pertumbuhan urbanisasi dan pola pikir 'mobile first', kondisi-kondisi ini dapat mempercepat pertumbuhan sektor baru dan membawa peningkatan efisiensi dan pengalaman yang lebih baik bagi para pengguna teknologi,” katanya.
Raksasa
Dalam laporan tersebut, Tiongkok dan India muncul sebagai dua pasar terbesar untuk start-up proptech berdasarkan pada nilai pendanaan dan total jumlah transaksi.
Pemain dari Tiongkok mengumpulkan dana investasi paling banyak yaitu sekitar US $ 3,02 miliar atau lebih dari 60% persen dari total dana di Asia Pasifik dengan 34 transaksi .
India memiliki jumlah start-up proptech tertinggi di Asia Pasifik dengan 77 transaksi dengan total nilai pendanaan US $ 928 juta.
Asia Tenggara mendapatkan total pendanaan US$ 738 juta, Asia Timur Laut (US$ 101 juta), dan Australasia (US$ 54 juta).
Laporan ini mengungkapkan bahwa proptech di Asia Pasifik telah berkembang secara signifikan sejak pertama kali muncul di tahun 2007 dengan listing start-up properti residensial. Dengan keadaan ini, proptech akan mulai melayani kebutuhan perusahaan besar dan sektor real estate komersial.
Menurut Laporan tersebut Proptech melayani empat pasar Utama, yaitu: Brokerage dan Leasing, Investasi dan pendanaan, Pengembangan Proyek dan Manajemen Properti.
Lebih dari setengah atau (52% ) start-up yang telah mengumpulkan dana sejak tahun 2013 beraasal dari kategori brokerage dan leasing, di mana mereka berfungsi sebagai marketplace untuk para broker, pemilik dan pembeli properti.
"Bagi perusahaan seperti JLL adalah semakin banyak perusahaan start-up yang bermunculan dan dapat memiliki solusi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan-perusahan besar adalah hal yang menarik. Begitu kita mulai melihat penerapan teknologi seperti pencetakan 3D, robotika dan drones bersamaan dengan pertumbuhan Smart Cities (Kota Cerdas) di Asia, maka hal ini dapat mentransformasi industri real estate," kata Couse.
Berdasarkan matriks analisa The Total Investasi Real Estate Universe yang dikembangkan secara khusus oleh JLL dan Digital Savviness yang ditetapkan oleh World Economic Forum’s Networked Readiness Index, Tech in Asia memproyeksikan bahwa negara-negara dengan potensi tertinggi untuk memiliki unicorn – atau yang disebut dengan miliaran dollar start-up – di Asia Pasifik yaitu terdapat di Tiongkok dan Jepang.
"Kami telah memperhatikan bahwa Tiongkok telah memiliki unicorn proptech. Khususnya di wilayah Lianjia – berhasilkan mendapatkan dana dari investor sebesar US$ 1,69 miliar untuk bisnis brokerage yang berbasis teknologi. Dengan antusiasnya Tiongkok dalam mengadopsi fintech dan pembayaran via mobile, pertumbuhan proptech diprediksi akan lebih banyak di Tiongkok. Selain Tiongkok, Jepang sudah mempunyai pondasi untuk menciptakan miliaran dolar startup yang sukses karena keinginan yang tinggi untuk mengadopsi blockchain, " tambah Editor utama di Tech in Asia Terence Lee.(wn)