Adopsi AI tertinggal dari investasi: Di tengah pesatnya pertumbuhan adopsi AI di bisnis lokal, perusahaan-perusahaan menengah Indonesia secara aktif memprioritaskan investasi untuk (1) memperkuat ketahanan siber, (2) meningkatkan keterampilan tim TI dan keamanan internal, dan (3) mengoptimalkan ekosistem keamanan mereka. Meskipun adopsi AI tidak termasuk dalam tiga investasi teratas selama 24 bulan ke depan, fokus ini mencerminkan pergeseran strategis untuk memperkuat kemampuan keamanan bersamaan dengan merangkul kemajuan teknologi. Komitmen ini menyoroti pendekatan proaktif mereka dalam melindungi aset sambil membangun keahlian dalam tim mereka untuk perlindungan yang berkelanjutan.
Sementara, Country Manager Palo Alto Networks Indonesia, Adi Rusli mengungkapkan, skor benchmark keamanan siber Indonesia menunjukkan tingkat kematangan yang relatif kuat dibandingkan dengan negara-negara lain di Jepang dan kawasan Asia Pasifik yang lebih luas. Alokasi anggaran yang lebih tinggi oleh perusahaan-perusahaan menengah menekankan komitmen serius untuk memperkuat postur keamanan siber mereka, memandangnya sebagai prioritas bisnis strategis daripada sekadar fungsi TI.
"Membangun ekosistem keamanan siber yang kuat dan terpadu - yang disesuaikan dengan pasar Indonesia yang beragam, memanfaatkan potensi pertumbuhan ekonomi, dan memanfaatkan AI untuk meningkatkan pengambilan keputusan - dapat semakin memberdayakan para pemain mid-market. Hal ini sangat penting karena pemerintah ingin menyandarkan pertumbuhan PDB di masa depan pada ekonomi digital dan AI pada tahun 2045," katanya.
Sedangkan, Founder, Director, Principal Analyst End User, Tech Research Asia, Tim Dillon menambahkan, penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan menengah di kawasan ini telah membuat kemajuan penting dalam memperkuat postur keamanan siber mereka.
"Namun, masih ada peluang besar bagi para mitra untuk mendukung kemajuan yang berkelanjutan, terutama di bidang pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, manajemen identitas dan akses, serta keamanan aplikasi dan data," jelasnya.
Benchmark Keamanan Siber untuk Asia-Pasifik dan Jepang, yang dikembangkan bekerja sama dengan Tech Research Asia (TRA), mensurvei lebih dari 2.800 perusahaan-perusahaan skala menengah di 12 negara dan berbagai industri. Laporan ini memberikan gambaran tentang kematangan keamanan siber di kawasan ini dan memberikan panduan praktis untuk perbaikan.
Melalui evaluasi kinerja di lima bidang utama (eksekusi strategi, integrasi bisnis, kapabilitas operasional, kematangan solusi, dan adopsi kerangka kerja NIST 2.0) skor rata-rata adalah 19,01 dari 25. Meskipun ini menunjukkan tingkat kematangan yang moderat, temuan ini mengungkapkan peluang yang jelas untuk memperkuat kesiapan AI, meningkatkan ketahanan ransomware, dan memajukan implementasi kerangka kerja. Laporan Wawasan Tech Research Asia, Edisi Asia-Pasifik dan Jepang, ditugaskan oleh Palo Alto Networks dan selesai pada April 2025. (mas)