telkomsel halo

TBIG akan alami dampak atas merger Isat dan Tri

08:28:00 | 29 May 2021
TBIG akan alami dampak atas merger Isat dan Tri
JAKARTA (IndoTelko) - Rencana akuisisi dan merger Indosat dengan 3 Indonesia ternyata bakal berdampak terhadap bisnis PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG).  Hal ini dikatakan Presiden Direktur PT Tower Bersama Infratructure Tbk (TBIG) Herman Setiabudi dalam Public Expose 2021 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) secara daring kemarin (28/5).

Menjawab pertanyaan IndoTelko dalam acara tersebut yang juga dihadiri beberapa wartawan, Herman menjelaskan pihaknya akan terdampak jangka pendek, menengah dan panjang dari aksi korporasi dua perusahaan telekomunikasi tersebut. "Kita semua sudah tahu rencana merger antara Indosat dan Tri akan terjadi. kami sudah memprediksinya.  Secara umum akan berdampak sangat baik bagi sektor telekomunikasi,” katanya.

Dijelaskannya, dampak jangka pendek yang dihasilkan memang kurang baik bagi perusahaan ini. "Dampak jangka pendek memang kurang baik karena ada konsolidasi pada tower-towernya.  Meski demikian, untuk jangka menengah dan panjang, dampak yang diberikan akan sangat baik, dimana customer akan mengalami pertumbuhan sehingga membutuhkan infrastruktur yg lebih baik lagi," katanya kepada IndoTelko.

Pada Public Expose kali ini, TBIG juga melaporkan beberapa raihan perusahaan selama tahun 2020.  TBIG berhasil mencatatkan pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp5.328 miliar dan Rp4.617 miliar untuk periode satu tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2020. Marjin EBITDA Perseroan tetap pada 86,7% untuk tahun 2020. Jika hasil triwulan keempat 2020 disetahunkan, maka total pendapatan Perseroan mencapai Rp5.562 miliar dan EBITDA mencapai Rp4.851 miliar. 

Per 31 Desember 2020, TBIG memiliki 31.850 penyewaan dan 16.265 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 16.155 menara telekomunikasi dan 110 jaringan DAS. Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 31.740, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,96. 

Dijelaskan CEO TBIG Hardi Wijaya Liong, TBIG dengan bangga mengumumkan tahun pertumbuhan yang sangat baik, di mana TBIG  menambahkan 3.608 penyewa gross yang terdiri dari 835 sites telekomunikasi dan 2.773 kolokasi. “Dengan pesanan kolokasi yang kuat, rasio kolokasi (tenancy ratio) kami telah meningkat menjadi 1,96x, dari 1,85x pada akhir tahun 2019. Selain itu, akuisisi 3.000 menara yang baru saja selesai akan segera berkontribusi pada arus kas kami,” jelasnya.

Ditambahkannya, dengan situasi COVID-19 yang sedang berlangsung, pihaknya terus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan, pelanggan, dan masyarakat sekitar.  “Fokus kami adalah untuk beroperasi secara efisien dan mendukung pelanggan telekomunikasi kami dimana mereka memadatkan jaringan komunikasi nirkabel di Indonesia,” ujarnya.

Sementara, CFO TBIG Helmy Yusman Santoso menyampaikan capaian pada kuartal pertama tahun ini, dimana perusahaan berhasil membiayai kembali fasilitas pinjaman bank yang ada serta mengakses pasar obligasi USD dan IDR. Ini termasuk obligasi USD dengan peringkat layak investasi, surat utang senior tanpa jaminan senilai USD300 juta berjangka waktu 5 tahun, 2,75% yang jatuh tempo pada tahun 2026. 

“Berbagai transaksi pasar modal ini secara substansial telah memperpanjang jatuh tempo utang kami dan secara material akan mengurangi biaya keuangan kami. Bisnis ini memiliki arus kas operasional yang kuat dan kami memiliki cukup Fasilitas Kredit Revolving yang berkomitmen dan belum ditarik,” kata Helmy. (sg)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year