Meraba potensi reli pasar saham dan Crypto di September

07:17:00 | 03 Sep 2025
Meraba potensi reli pasar saham dan Crypto di September
JAKARTA (IndoTelko) - Bagi para investor global, September sering disebut sebagai bulan keramat. Bukan karena mitos, melainkan karena sejarah panjang yang menunjukkan performa pasar yang loyo, baik di bursa saham tradisional maupun pasar aset crypto.

Fenomena yang dikenal sebagai September Effect ini bukanlah kebetulan, melainkan sebuah pola musiman yang didukung oleh data historis, meski penyebabnya masih banyak diperdebatkan.

Pola ini pertama kali tercatat di bursa saham Amerika Serikat sejak awal abad ke-20. Indeks utama seperti S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) cenderung mencatatkan kinerja terburuknya di bulan September dibandingkan 11 bulan lainnya.

Fenomena ini semakin kuat karena September kerap menjadi momentum koreksi signifikan, seperti koreksi pasar pada tahun 1929 dan 2008.

Dijelaska Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, fenomena September Effect juga banyak dikaitkan ke pasar crypto. “Bitcoin, yang dikenal dengan volatilitasnya, juga menunjukkan pola serupa. Sejak tahun 2013, data historis mencatat rata-rata return Bitcoin di bulan September cenderung negatif. Tapi menariknya, dalam dua tahun terakhir, September memberikan return positif baik bagi Bitcoin maupun Ethereum, meskipun masih menjadi bulan dengan rata-rata return historis terburuk bagi Bitcoin sejauh ini,” jelasnya.

Fenomena September effect ini banyak dikaitkan dengan beberapa faktor seperti Likuiditas Global yang mengetat setelah musim panas di mana.

Menurutnya, bulan September sering bertepatan dengan momentum ekonomi krusial, seperti rilis data ekonomi penting dan keputusan kebijakan suku bunga The Fed yang monumental. Hal ini seringkali memicu volatilitas pasar dan membuat investor lebih konservatif.

“Selain itu, akhir September adalah akhir dari kuartal ke-3. Banyak investor institusional dan manajer investasi melakukan rebalancing portofolio untuk mengamankan keuntungan (profit-taking) atau memangkas kerugian (tax-loss selling) sebelum akhir tahun fiskal. Tindakan ini biasanya menciptakan tekanan jual yang signifikan di pasar,” tambahnya.

Ia mengatakan, September Effect juga sudah menjadi pengetahuan umum, ekspektasi negatif dari para investor justru memperkuat tren tersebut. Banyak pelaku pasar yang percaya bahwa pasar akan turun, sehingga mereka mulai menjual aset, dan pada akhirnya, membuat penurunan harga benar-benar terjadi.

“Tahun 2025 ini, situasi pasar global memiliki dinamika unik. Pasar kripto, khususnya Bitcoin dan Ethereum, mendapatkan dukungan kuat dari arus dana institusional seperti melalui instrumen ETF Spot yang terus menarik minat investor besar. Suplai uang pada indikator US M2 Juli yang dirilis 26 Agustus lalu juga kembali meningkat menyentuh angka tertinggi baru sepanjang masa. Hal ini dapat mendukung optimisme investor terhadap aset berisiko seperti saham AS dan crypto, terlebih apabila The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga pada pertemuan FOMC pertengahan September nanti,” tambahnya.

Fahmi mengungkapkan, alih-alih panik atau mengambil keputusan jual secara impulsif, strategi yang dapat dilakukan investor ialah memantau faktor fundamental dan makro ekonomi yang sedang terjadi untuk mengambil keputusan investasi yang lebih bijaksana. "Pola musiman hanyalah salah satu dari sekian banyak indikator yang harus dipertimbangkan dalam strategi investasi. Diversifikasi portofolio seperti dengan mengkombinasikan ekuitas seperti saham AS dan aset crypto juga menjadi salah satu alternatif yang bisa dieksplorasi,” katanya.

Bagi investor yang lebih konservatif dan baru mulai mengeksplorasi pasar crypto, aset-aset dengan kapitalisasi pasar terbesar seperti Bitcoin, Ethereum, XRP, Solana menjadi beberapa opsi menarik untuk dieksplorasi lebih jauh. Terlebih menurutnya, periode pasar saat ini cenderung lebih volatil dimana rotasi kapital di altcoin cenderung lebih dinamis dan aset-aset besar tersebut dapat memiliki ketahanan lebih tinggi. Apabila sentimen bullish berkembang, koin-koin tersebut biasanya menjadi pilihan utama para investor besar.

"Saat ini, investor pemula pun juga bisa dengan mudah mendiversifikasikan investasi di crypto blue chip dengan memanfaatkan fitur Packs di Reku. Dalam fitur ini, investor tidak bingung lagi untuk memilih aset apa untuk diinvestasikan beserta nominalnya karena portfolio sudah dikurasi dan dipaketkan,” ujarnya. (mas)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait