JAKARTA (IndoTelko) - Ancaman kejahatan siber (cyber attack) setiap tahun semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan teknologi digital.
Tidak hanya industri jasa keuangan saja, serangan penjahat siber ini menyerang berbagai industri lainnya. Tidak hanya perusahaan, dampak serangan virus, malware dan ransomeware juga menyerang perangkat mobile seperti smartphone.
Serangan siber menggunakan Ransomeware ini mengincar data pribadi yang dangat penting bagi penggunanya. Serangan siber yang semakin meningkat ini juga disebabkan oleh komersialisasi data hasil kejahatan yang kini menjadi bisnis besar dan menguntungkan.
Baru-baru ini Avast, penyedia layanan keamanan internet mengeluarkan fakta dan data menarik tentang ransomeware.
Dalam keterangan resminya, Avast menyatakan enkripsi file yang mengunci file penting menjadi serangan umum ransomeware yang paling banyak terjadi, hingga 80%.
Jumlah tebusan para penjahat siber ini beragam mulai dari US$300 hingga US$10.000. Setiap tahun kerusakan total dari ransomeware ini senilai US$1 miliar dan meningkat hampir dua kali lipat setiap tahun. Avast sendiri menyatakan bahwa setiap bulan mereka berhasil menghentikan 3,5 miliar serangan malware.
Negara Amerika Serikat, Rusia dan Brasil menjadi negara yang paling banyak ditarget oleh ransomeware.(pg)