Garap e-Tourism, TelkomSigma Bikin JV dengan Galasys

17:04:17 | 12 Apr 2016
Garap e-Tourism, TelkomSigma Bikin JV dengan Galasys
Sean Seah Kok Wah (kiri) dan Judi Achmadi (tengah) bersama Director of OM Solution SDN Bhd Thomas Khew Tuck Seng berbincang usai MOU pembentukan JV antara Telkomsigma dan Galasys di Jakarta, Senin (12/4). (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – PT Sigma Cipta Caraka atau Telkomsigma membentuk perusahaan patungan (Joint Venture/JV) dengan pemain solusi Teknologi Informasi (TI) asal Malaysia, Galasys, untuk menggarap pasar e-tourism di Indonesia.

“Persiapan JV sudah masuk tahap akhir. Komposisi kepemilikan 50:50. Kita buat JV untuk masuk ke bisnis e-tourism,” ungkap Presiden Direktur Telkomsigma Judi Achmadi di Jakarta, Selasa (12/4).

Diungkapkannya, nanti perusahaan baru tersebut akan menawarkan solusi Cloud online travel (CLOTA) yang merupakan intelligence tourism platform dengan fokus tahap awal membidik wisatawan asal Tiongkok.

“Galasys punya platform dan people, kita punya data center serta konektifitas dari Telkom. Kolaborasi keduanya diharapkan bisa menggoyang e-tourism di Indonesia,” jelasnya. (Baca juga: Gairah Telkom di e-tourism)

Ditambahkannya, saat ini perseroan sudah berbicara dengan beberapa online travel agent (OTA) lokal dan theme park untuk membuka platform CLOTA milik Galasys ke portalnya. Solusi in nantinya menjadi integrator bagi pelaku bisnis pariwisata atau hub agar dapat menjangkau para traveler di seluruh belahan dunia. (Baca juga: Ambisi Telkom di e-tourism)

“Rencananya technical launch pada bulan depan, komersial di Juni atau Juli. Saat ini sudah ada tiga mitra dalam backlog yakni pemerintah DKI Jakarta, Taman Borobudur, dan pemerintah Sumatera Selatan. Harapannya hingga akhir tahun  ada lima hingga 10 mitra masuk ke platform ini,” katanya.

Potensi Besar

CEO Group of Galasys Sean Seah Kok Wah mengungkapkan, platform miliknya telah ada di Jepang, Tiongkok, dan terbaru Indonesia.

“Kami bermitra dengan 14 online travel agent (OTA) di Tiongkok yang menguasai 95% pasar OTA di sana. Diantaranya Alitrip, Ctrip, Tuniu, dan Lumama,” katanya.

Judi mengatakan, wisatawan asal Tiongkok salah satu yang paling diburu oleh negara-negara yang menjual pariwisata karena ada sekitar 80 juta traveler di 2015 dari negeri Tirai Bambu itu. Tak hanya itu, dari sisi pengeluaran, turis asal Tiongkok juga lumayan royal dan masa tinggalnya di satu negara lebih lama.

“Turis Tiongkok itu menyumbang 10% total wisatawan dunia tahun lalu. Mereka itu 80% biasa bertransaksi produk wisata secara online. CLOTA ini membawa tahapan pemasaran ke eksekusi. Kita harapkan jumlah turis Tiongkok yang tahun lalu berjumlah 1,5 juta ke Indonesia tahun ini bisa menjadi 2 juta wisatawan,” katanya.

Menurutnya target jumlah wisatawan itu realistis karena Indonesia punya sejumlah modal berupa keramah tamahan penduduk, pesona alam, dan, lainnya. “Anda jangan anggap remeh e-tourism. Kami sudah jalankan bantu jual tiket online untuk Borobudur. di peak season itu per hari bisa Rp 1 miliar nilai transaksinya,” tutupnya.  

Dalam catatan, Indonesia pada 2019 menargetkan 10 juta wisatawan asal Tiongkok dimana saat itu ada potensi uang berputar per tahun sekitar US$ 10 miliar.(dn)

Artikel Terkait