Langkah Surge pasca menang lelang frekuensi 1,4 GHz

JAKARTA (IndoTelko) PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) atau Surge langsung tancap gas memperluas bisnis broadband setelah anak usahanya, PT Telemedia Komunikasi Pratama, memenangkan lelang pita frekuensi 1,4 GHz untuk Regional I yang mencakup Pulau Jawa, Maluku, dan Papua.

Langkah ini menjadi penanda babak baru dalam upaya memperluas konektivitas internet cepat berbiaya terjangkau di Indonesia, sekaligus mendukung target pemerintah memperkuat fondasi ekonomi digital nasional.

Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengatakan para pemenang lelang frekuensi 1,4 GHz diberi mandat untuk membangun 20 juta koneksi internet rumah atau fixed broadband.

Menurutnya, teknologi Fixed Wireless Access (FWA) yang dikembangkan melalui frekuensi ini diharapkan menjadi pendekatan baru dalam menyediakan konektivitas yang lebih murah dan merata di seluruh Indonesia. “Kita ingin teknologi ini mendorong internet yang lebih murah dan lebih merata. Dampaknya mungkin belum terasa langsung tahun ini, tapi mulai terlihat pada 2026,” ujarnya.

Kemenangan Surge di lelang frekuensi tersebut menjadi langkah strategis yang menempatkan perusahaan dalam posisi penting di pasar broadband nasional. Telemedia, anak usaha Surge, keluar sebagai pemenang Regional I dengan nilai penawaran Rp403,7 miliar. Regional I sendiri mencakup sekitar 61% populasi Indonesia atau sekitar 45 juta rumah tangga potensial, menjadikannya wilayah dengan peluang pasar paling besar.

Direktur Utama Surge, Yune Marketatmo, menyebut kemenangan ini sebagai pijakan penting dalam memperluas konektivitas digital dari Pulau Jawa hingga kawasan timur Indonesia. “Dengan backbone fiber yang sudah terkoneksi di Jawa, kami bisa menekan biaya investasi per pelanggan secara signifikan. Ini langkah strategis untuk menghadirkan internet cepat dan terjangkau hingga ke Papua dan Maluku,” ujarnya.

Pasca kemenangan lelang, Surge langsung menyiapkan eksekusi teknis melalui pembangunan ekosistem end-to-end 1,4 GHz pertama di dunia.

Proyek ini dikembangkan selama dua tahun terakhir bersama mitra global seperti Qualcomm dan ASR untuk perangkat pelanggan (CPE dan chipset), serta Huawei, Nokia, Baicells, OREX SAI, dan Fiberhome untuk infrastruktur radio. Peluncuran perdana layanan 5G Fixed Wireless Access (FWA) 1,4 GHz ditargetkan pada awal 2026, menjadikannya implementasi komersial pertama di dunia yang menggunakan spektrum tersebut.

Untuk memperkuat eksekusi proyek, Surge juga menjalin kemitraan strategis dengan Huawei Indonesia dalam menghadirkan solusi 5G FWA berbiaya efisien.

Direktur Surge, Shannedy Ong, mengatakan kolaborasi ini merupakan bagian dari inisiatif perusahaan untuk memperluas akses broadband berkecepatan tinggi ke seluruh lapisan masyarakat.

“Kami berkomitmen mewujudkan akses internet cepat dan terjangkau bagi seluruh rumah tangga Indonesia. Bersama Huawei, kami memperkuat fondasi teknologi agar bisa menjangkau hingga lima juta rumah tangga per tahun,” ujarnya.

CEO Huawei Enterprise Wireless Domain, Duan Hao, menegaskan kemitraan ini mencerminkan dukungan Huawei terhadap transformasi digital Indonesia melalui penerapan teknologi jaringan generasi baru. “Kami ingin menghadirkan solusi 5G FWA yang efisien, andal, dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat,” katanya.

Menurut riset Deloitte 2025, pasar fixed broadband Indonesia diperkirakan akan tumbuh pesat dalam lima tahun ke depan, dengan pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 57% untuk segmen FWA dan 10% untuk Fiber-to-the-Home (FTTH), yang secara total bisa menjangkau hampir 40 juta rumah tangga pada 2030. Pertumbuhan ini akan menjadi pendorong utama transformasi digital dan ekonomi berbasis data di Indonesia.

Shannedy Ong menilai, penetrasi fixed broadband di Indonesia masih termasuk yang terendah di Asia Tenggara, sehingga potensi pertumbuhannya sangat besar. Dengan dukungan spektrum baru dan jaringan fiber milik Surge, perusahaan menargetkan mempercepat penetrasi layanan broadband di wilayah yang belum terlayani fiber optik.

“Paket internet kami akan tetap fokus pada affordability — kecepatan 100 Mbps dengan harga Rp100.000 per bulan tanpa batas data, menyasar segmen underserved yang belum memiliki akses tetap,” jelasnya.

Untuk mempercepat pembangunan jaringan, Surge memanfaatkan lebih dari 50.000 menara eksisting dari mitra seperti Tower Bersama Infrastructure (TBIG) dan Centratama Telekomunikasi Indonesia (CENT).

Teknologi FWA memungkinkan distribusi internet tanpa perlu menarik kabel ke rumah, sehingga mempercepat proses instalasi dan menekan biaya. Hingga September 2025, Surge telah mencatat 1,51 juta home pass dan 831 ribu home connect dengan take-up rate 55%, dan menargetkan 2,5 juta home pass serta 1,5 juta koneksi aktif hingga akhir tahun.

Pemerintah menegaskan bahwa pengembangan frekuensi 1,4 GHz bukan hanya proyek bisnis semata, melainkan bagian dari strategi nasional memperluas akses broadband dan memperkuat inklusi digital.(ak)