Ditinggal CEO, Indosat sulit berkompetisi?

Chris Kanter bersama manajemen Indosat pada 2018.(dok)

JAKARTA (IndoTelko) - PT Indosat Tbk (ISAT) tengah diterpa goncangan jelang masuk bulan Ramadan 2019.

Anak usaha Ooredoo ini dikabarkan ditinggalkan oleh Chris Kanter yang baru  menjabat posisi Presiden Direktur/CEO selama enam bulan. (Baca: Bos Indosat)

Kabar mundurnya Pria yang akrab disapa CK ini bocor ke media dengan adanya Corporate Announcement yang dibuat Komisaris Utama Indosat, Waleed Mohamed Ebrahim Alsayed, ke kalangan internal operator itu yang mengumumkan terjadinya pergantian tampuk pimpinan.

Dalam pengumuman itu, Waleed menyatakan Chris Kanter dikembalikan perannya sebagai anggota dewan komisaris, sementara untuk posisi Direktur Utama/CEO akan diduduki Ahmad Al Neama yang sebelumnya menjadi komisaris di Indosat dan telah bekerja dengan Ooredoo selama 15 tahun lebih.

Biasa Saja
Pelaksana Dewan TIK Nasional Garuda Sugardo melihat ramainya berita tentang mundurnya secara mendadak sosok CK sebagai orang nomor satu di Indosat hanyalah karena dulunya operator ini sempat menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Berita tentang Indosat masih menarik, karena masyarakat ingat isu buyback lima tahun yang lalu. Yang lain, ya karena kantornya berdiri di ring satu, Jakarta. Itu saja," katanya dalam pesan singkat kepada IndoTelko, Minggu (5/5).

Dijelaskannya, bisnis seluler di Indonesia, kuncinya coverage, cost, technology, quality dan services. Pasar yang sudah saturasi, hanya bisa diatasi dengan komitmen bersama antara pemilik, komisaris dan direksi. 

Coverage dan teknologi memerlukan investasi, peningkatan layanan dan kualitas jaringan memerlukan SDM berkualitas. Ujung-ujungnya surviveabilitas Indosat Ooredoo adalah padat modal. "Hal ini agaknya yang tidak dipenuhi Doha (markas Ooredoo)," katanya. 

Menurutnya, penetrasi pasar jelas berat bagi Indosat, apalagi akuisisi. Indosat saat ini adalah sekedar "operator bertahan" atau retention provider. 

Belum lagi soal "figur" CEO-nya, Indosat memerlukan someone yang punya jam terbang seluler dengan segala kompetensi, wawasan global mobile, dan kearifan lokalnya.

"CEO cabutannya Al Neama, sepertinya hanya sekedar memperpanjang napas perusahaan, tidak menjadikannya berkiprah lebih ketimbang CK. Bila saja karyawan tidak terdemotivasi, Indosat sudah untung. Jiwa korsanya jauh di bawah Telkomsel, padahal untuk improve Indosat memerlukan disruptif," analisanya.

Masih menurutnya, yang dibutuhkan Indosat adalah sosok CO yang harus berkelas lebih dari Telkomsel sebagai pemimpin pasar. 

"Harus berlari lebih cepat dan membangun infrastruktur lebih trengginas dari Telkomsel. Indosat sejatinya memerlukan CEO yang profesional dengan hi-passion, gabungan antara real leader, engineer dan "dokter". Jangan risaukan Indosat. Bila performansinya turun, kapitalisasinya akan ikut turun, nah itu saatnya dibuyback. Setelah buyback, tempatkan CEO jawara. Atau biarkan Indosat memasuki mendungnya, bukankah kita menanti triger konsolidasi?" tanyanya.(dn)