JAKARTA (IndoTelko) – Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan masih rendahnya penetrasi internet ternyata menbuat sejumlah perusahaan teknologi berlomba-lomba unjuk inovasi di Tanah Air.
Belum lama ini Google mengumumkan telah menggandeng tiga operator papan atas di Tanah Air untuk technical test balon internet (Project Loon) mulai 2016. Ketiga operator itu adalah Telkomsel, Indosat, dan XL.
Ternyata, pada tahun ini Ericsson telah lebih duluan melakukan trial solusi Zero Sites di Tanah Air untuk penyediaan infrastruktur telekomunikasi di remote area.
“Kami sudah trial Zero Sites di Indonesia. Saya tak mau bilang dengan operator apa, tetapi yang pasti pemilik band 900 MHz karena bicara remote area kita butuh low band untuk coverage,” ungkap Head Of Ericsson Indonesia dan Timor Leste Thomas Jull, kemarin.
Keunggulan dari Zero Sites milik Ericsson adalah tidak hanya menyediakan sinyal seluler tetapi juga bisa menekan beban operasional hingga 50%-80% karena dibekali generasi terbaru dari teknologi LED lighting. Solusi ini dikembangkan Ericsson dan Philips yang mengintegrasikan juga teknologi small cell
“Zero Sites cocok untuk remote area di Indonesia karena isu pasokan listrik yang minim disana,” katanya.
Cermati
Terkait dengan langkah tiga operator yang juga menjalankan kesepakatan dengan Google, Jull mengatakan dalam perang inovasi di 4G hal yang wajar semua pihak menunjukkan paling terdepan.
"Kita hormati kesepakatan yang ada. Bagi kami Project Loon itu levelnya masih uji coba. Kita terus memonitor uji coba itu," katanya.
Vice President Marketing and Communications Ericsson Indonesia Hardyana Syintawati menambahkan, Ericsson fokus kepada teknologi yang sudah ada untuk remote area. "Jadi kami pakai saja teknologi yang sudah ada. Terbukti, dibandingkan dengan teknologi yang sedang diuji coba, lebih baik. Zero Site di luar negeri itu sudah ada dan dipakai," ujarnya.
Ericsson sendiri telah dipercaya oleh ketiga operator papan atas untuk modernisasi jaringan.
Misalnya, Indosat dan Ericsson menandatangani kontrak selama tiga tahun untuk pengembangan jaringan 2G atau 3G serta 4G/LTE (Long Term Evolution). Bentuk kerja sama ini meliputi implementasi dan optimalisasi kinerja jaringan.
Peran Ericsson dalam kerja dengan Telkomsel, yaitu mentransformasi jaringan secara penuh di Kalimantan. Hal ini untuk memastikan jaringan Telkomsel dilengkapi dengan multi standard radio based station untuk WCDMA/HSPA (3G). Kebetulan Telkomsel diketahui sedang mempersiapkan 4G/LTE di Pulau Borneo tersebut.
Proyek transformasi ini meliputi 4500 jaringan termasuk pengenalan radio base station khusus untuk wilayah tropis, RBS 6320. Produk RBS 6320 disebut merupakan produk yang berbiaya rendah dan dirancang untuk menjangkau area remote (terpencil).
Selanjutnya Ericsson menjalin kemitraan dengan XL Axiata selama tiga tahun untuk implementasi 4G/LTE serta peningkatan jaringan 2G dan 3G di Jakarta dan Jawa Tengah. Perjanjian itu meliputi kerja sama peranti keras, peranti lunak, dan layanan jaringan 4G/LTE untuk pelanggan XL.
Sebelumnya, langkah tiga operator dan pemerintah yang menggandeng Google dalam menyediakan akses internet banyak disorot karena dianggap tak didukung regulasi yang ada.
Pemerintah juga dianggap tidak mendukung inovasi anak negeri melalui OpenBTS yang telah dikembangkan sejak lama dan lebih memilih teknologi yang belum proven dalam penyediaan akses internet di kawasan rural. (
Baca juga:
Project Loon Diragukan sukses)
Padahal, investasi untuk akses internet berbasis balon kabarnya 10 kali lipat lebih mahal dari potensi pendapatan yang didatangkan mengingat targetnya adalah kurang dari 5% populasi dengan sebaran di sekitar 40% wilayah yang belum tersentuh infrastruktur telekomunikasi.(id)