telkomsel halo

6 teknologi ini mendorong era #MO

09:24:06 | 30 Aug 2019
6 teknologi ini mendorong era #MO
Deputi Bidang Infrastruktur Bisnis Kementerian BUMN Hambra (tengah) bersama Founder Rumah Perubahan yang juga Komisaris Utama Telkom Rhenald Kasali (kiri) dan Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah pada acara Bedah Buku #MO di Jakarta, Kamis (29/8).(ist)
JAKARTA (IndoTelko) - Masyarakat sekarang tengah berada di era #MO.

#MO adalah sebuah gejala mobilisasi dan orkestrasi yang belakangan marak dilakukan dengan teknologi digital.

Profesor Rhenald Kasali mencatat, digitalisasi kehidupan telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap cara setiap orang melakukan konsumsi, kegiatan ekonomi produktif, menyebarkan informasi dan menjalani kehidupan itu sendiri. Hal ini berpengaruh terhadap banyak hal, mulai dari marketing, komunikasi publik, pelayanan jasa publik, leadership hingga pengelolaan ekonomi.

"Bahkan industri akan dan tengah dihantui oleh gejala kehilangan the main yang menjadi sumber pendapatannya," katanya dalam bedah buku #MO di gedung Telkom, belum lama ini.

Dikatakannya, surat kabar adalah korban pertama ketika mereka kehilangan pendapatan dari penjualan koran dan iklan. Disusul televisi. Lalu airlines tak dapat tidup dari tiket. Demikian juga industri telekomunikasi tak dapat hidup dengan hanya mengandalkan pendapatan dari voice.

Inilah era #MO. Era yang membuat banyak teori-teori bisnis jadi usang, dan berbagai model bisnis tak lagi relevan. Banyak orang yang kebingungan. Dan yang pasti, era yang membuat banyak orang yang gagal paham. Termasuk, di kalangan akademisi yang masih berkutat dengan teori dan asumsi lama.

Mobilisasi
Salah satu ciri era MO adalah munculnya mobilisasi berbagai isu melalui media sosial dengan menggunakan tagar. Kemudian upaya mobilisasi meluas mulai dari gerakan 212, #SaveAudrey, #UninstallBukaLapak, #IceBucketChallenge, #MeToo, sampai Single’s Day yang menghasilkan ratusan triliun rupiah dalam sehari.

Dimulai dari hal-hal sepele, kemudian membesar hingga menciptakan gerakan mobilisasi yang diikuti banyak netizen. 

Ada satu-dua yang dampaknya positif. Namun banyak juga yang bersifat sebaliknya. Upaya mobilisasi ini bisa berakibat gagalnya bangsa-bangsa melanjutkan pembangunan, bahkan kehilangan reputasi dan dukungan publik.

Orkestrasi
Selain mobilisasi, era #MO juga ditandai dengan munculnya cara-cara baru dalam value creation yang menjadi dasar ekonomi produktif.

Bila dulu value creation bersifat internal dan didapat dari aset-aset tangible melalui skala ekonomis, kini justru didapat dari sisi permintaan melalui ekosistem.

Karena itulah timbul kebingungan-kebingungan. Salah satunya adalah menentukan siapa pemilik unicorn di Asia Tenggara. Hal lain yang juga memunculkan gagal paham adalah mekanisme valuasi akutansi tentang keuntungan dan kekayaan perusahaan digital, atau perusahaan yang mulai melakukan digitalisasi.

Berbicara mengenai model bisnis yang baru, sebelumnya perusahaan-perusahaan besar yang incumbent cenderung selalu melakukan kontrol resources dalam rantai produksinya. Namun di era sekarang hal itu sudah tak relevan lagi.

Saat ini yang diperlukan bukan lagi mengontrol resources, namun bagaimana membangun ekosistem bisnis yang memungkinkan pelaku bisnis bisa melakukan orkestrasi atas berbagai resouces yang ada di luarnya.

Untuk hal ini, kita bisa melihat bagaimana produsen ponsel Nokia yang bangkrut vs iPhone yang terus bertahan hingga saat ini.

Dalam hal ini, Nokia hanya menjual ponsel yang hanya bisa dipakai untuk telpon dan SMS. Kalaupun ada game, layanan tersebut sangat terbatas, yakni game bawaan di ponsel Nokia. Sebaliknya, iPhone mengembangkan ekosistem bisnis. Dengan ekosistem tersebut, pengguna iPhone bisa mendapatkan game dengan jumlah yang sangat banyak dan pilihan beragam dari developer di luar Apple.

Tentu tak hanya itu, pengguna iPhone juga bisa mengakses layanan lain dari pengembang aplikasi yang ada di App Store.

Enam Pilar 
Rhenald Kasali menyatakan mobilisasi dan orkestrasi tak terjadi begitu saja. Ia muncul sebagai wujud dari revolusi industri 4.0, di mana mesin dan segala benda, baik buatan alam maupun manusia sama-sama terhubung dengan manusia dari segala belahan dunia.

Mobilisasi dan orkestrasi merupakan bagian dari interconnected society yang timbul karena ada enam pilar teknologi, yaitu Internet of Things (IoT), Cloud Computing, Big Data Analytics, Artificial Intelligence, Super Apps, dan Broadband Infrastructure.

Meskipun gejala-gejala mobilisasi dan orkestrasi tersebut kian jelas, masih saja ada yang gagal paham karena ketidaktahuan dan terperangkap oleh paradigma lama.

“Karena itulah kita membutuhkan lensa baru untuk meneropong apa yang sebenarnya tengah terjadi agar tidak terjadi gagal paham,” jelas Rhenald Kasali.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year