telkomsel halo

Telkomsat manfaatkan APSAT 2019 untuk perluas pasar

12:29:52 | 08 Jul 2019
Telkomsat manfaatkan APSAT 2019 untuk perluas pasar
Suasana Konferensi APSAT 2019.(ist)
JAKARTA (IndoTelko) – Telkomsat turut mensukseskan konferensi Asia Pacific Satellite Conference (APSAT) 2019 pada tanggal 25 – 26 Juni 2019, di Fairmont Hotel Jakarta. 

Acara yang rutin digelar setiap tahunnya dan didukung oleh masyarakat telekomunikasi internasional, profesional dan lembaga pemerintah ini mengusung tema “Beyond Connection”.

Konferensi ini diselenggarakan oleh Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) dan digunakan sebagai media untuk bertukar pikiran, berbagi pengalaman, mencari peluang baru serta memperbaharui informasi mengenai perkembangan industri satelit. Selama 18 tahun APSAT telah memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana satelit akan membentuk masa depan telekomunikasi Indonesia dan wilayah Asia Pasifik.

Chief Development Officer Telkomsat Andy Revara, turut mewakili Telkomsat dalam diskusi panel yang mengangkat topik mengenai perspektif bisnis satelit di Indonesia. 

Acara ini juga dihadiri oleh Direktur Utama Telkomsat Tonda Priyanto, Chief Technology Officer Endi Fitri Herlianto, VP Strategic Bussiness Development Anggoro K. Widiawan, VP Network Operation Ali Rusli, serta beberapa perwakilan dari perusahaan satelit lainnya.

Pada hari pertama, konferensi terfokus pada bisnis dan pasar satelit, yang diawali dengan diskusi panel oleh pemain-pemain satelit internasional, selain itu dibahas juga mengenai teknologi-teknologi di industri 4.0. Pada hari kedua, diskusi membahas mengenai informasi terbaru mengenai High Throughput Satellites (HTS) dan Non-geostationary (NGSO).

VP Strategic Bussiness Development Anggoro K. Widiawan berharap, dengan keikutsertaan Telkomsat dalam konferensi APSAT ini dapat membangun sinergi dengan perusahaan-perusahaan satelit terkemuka lainnya.

“Selain mendapatkan informasi terbaru mengenai teknologi satelit, Telkomsat diharapkan dapat mengembangkan networking secara luas. Dimana key players selalu berubah setiap tahunnya, oleh karena itu kita berharap untuk mendapatkan new players, new key resources, dan new key industry yang dapat kita approach,” ungkap Anggoro dalam keterangan kemarin.

Tantangan
Ketua Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Hendra Gunawan mengatakan pada 2019 diperkirakan industri satelit tumbuh dua kali lipat dibandingkan dengan 2018, didorong oleh peningkatan penggunaan kapasitas data.

Pada 2018, penggunaan kapasitas satelit di Indonesia sebanyak 189 transponder atau sekitar 20 Gbps. Dari kapasitas tersebut, sebanyak 99% menggunakan satelit konvensional dimana 77% diantaranya disuplai oleh satelit nasional. Adapun pada tahun ini, diproyeksikan naik 100% menjadi 40 Gbps.     

Berdasarkan hasil diskusi APSAT 2019, diprediksi juga pada 2025 akan terdapat suplai HTS ke Indonesia mencapai 900 Gbps atau hampir 20 kali kapasitas saat ini.

Tantangan lainnya yang dihadapi pemain satelit di Indonesia adalah rencana pemerintah menggunakan frekuensi 3,5Ghz dan 28 GHz untuk 5G. Selama ini dua slot tersebut digunakan untuk satelit konvensional.

Saat ini pemerintah Amerika Serikat masih mengkaji proposal dari operator satelit yang tergabung dalam C-band alliance (CBA) yang meminta kompensasi tidak hanya untuk investasi, namun mempertimbangkan kelangsungan layanan ke pelanggan.

ASSI sempat memperkirakan untuk  kompensasi investasi di transponder saja, pemerintah harus merogoh kantong senilai US$3 juta—US$4 juta per transponder. Jumlah transponder yang terdapat di frekuensi 3,4 Ghz—3,7 Ghz sebanyak 12 transponder per satelit.

Untuk transponder di satu satelit saja, pemerintah harus membayar senilai US$36 juta—US$48 juta atau setara dengan Rp507 miliar—Rp676 miliar. Angka itu belum termasuk biaya stasiun bumi dan kompensasi layanan pelanggan. Saat ini terdapat 5 satelit yang mengorbit menggunakan frekuensi 3,5 GHz di Indonesia.(ak)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year