telkomsel halo

Data Center kini diperkuat dengan Edge Computing

05:36:27 | 10 May 2019
Data Center kini diperkuat dengan Edge Computing
JAKARTA (IndoTelko) – Revolusi teknologi mengubah dunia dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Setelah kita menghadapi masa-masa awal revolusi internet dimana teknologi digital memungkinkan terciptanya platform sosial dan digital yang menghubungkan orang dimanapun dan kapanpun, kini kita tengah menghadapi gelombang internet berikutnya yaitu internet of things (IoT) yang tidak hanya menghubungkan antar manusia namun juga manusia dengan benda atau mesin.

Berbagai studi di dunia seperti IHS Markit dan UN Population Stat memperkirakan 5 miliar orang akan terkoneksi dengan 30-50 miliar benda dan mesin pada tahun 2020, atau secara tidak langsung dapat dikatakan 10x lebih banyak perangkat yang terhubung secara bertahap daripada orang yang terhubung.

Bahkan IHS Markit memperkirakan perangkat yang terhubung akan mencapai 125 miliar pada 2030 dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 12%. Semakin banyaknya orang dan perangkat yang terhubung menyebabkan arus lalu lintas data yang besar atau sering disebut sebagai big data.

“Dengan pertumbuhan lalu lintas data yang terus meningkat, permasalahan yang kemudian muncul adalah bagaimana memastikan koneksi yang lebih cepat dan latensi data (lambatnya komunikasi data melalui jaringan) yang lebih rendah. Bagi pelaku industri, koneksi data yang lambat dan latensi yang tinggi akan berdampak langsung terhadap performa bisnis dan dampak finansial. Untuk itu dibutuhkan data center yang lebih andal, efisien, dan berkelanjutan,” kata Country President Schneider Electric Indonesia, Xavier Denoly dalam keterangan kemarin.

Prinsip dasar perangkat IoT adalah perangkat yang selalu terhubung internet. Perangkat ini akan mengirimkan data terus menerus ke sebuah server pusat, lalu dari server itulah kita bisa mengamati dan melakukan analisa terhadap data yang dikirimkan secara realtime. Lalu bagaimana jika koneksi perangkat tersebut tersendat? Tentu saja analisa data akan terhambat, karena data tidak bisa terkirim realtime.

“Ledakan big data akibat pertumbuhan pesat IoT adalah hal yang tak bisa dihindari. Sudah saatnya perusahan secara proaktif mentransfromasikan data center dan teknologi pendukung yang dimilikinya untuk mengurangi latensi. Salah satu solusi yang efektif adalah edge computingyang mampu mendistribusikan beban komputasi lebih dekat ke perangkat sehingga dapat mengurangi masalah latensi secara signifikan,” lanjut Xavier.

Dengan edge computing, alih-alih mengirimkan data langsung dari perangkat ke pusat data center yang jauh lokasinya, desentralisasi data menjadi strategi untuk mengurangi latensi dengan mengirimkan data ke micro data centeryang lokasinya lebih dekat. Micro data centermerupakan data centerberukuran lebih kecil dengan sistem keamanan modular dan kompak. Micro data centerdapat menjadi solusi bagi perusahaan yang memiliki banyak kantor cabang dan tidak ingin terbebani kinerja serverdan jaringan di pusat data centerperusahaan dan juga cocok untuk perusahaan kecil dan menengah.

Pergerakan industri ke depannya akan menunjukkan pergeseran ke ekosistem hybrid cloudyang terdesentralisasi sekaligus dapat menjawab permasalahan atas keamanan data versusbiaya pembangunan data centeryang besar yang selama ini menjadi masalah terbesar bagi pelaku bisnis dalam menerapkan public clouddan on-premise data center.

“Micro data center dapat menjadi solusi mudah dan hemat biaya untuk kebutuhan kapasitas data centerdimana saja dan kapan saja dibutuhkan dengan latensi data yang lebih rendah, dan perawatan yang mudah.” tutup Xavier.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year