telkomsel halo

Soal ekonomi digital, TKN: Jokowi `Jaman Now`, Prabowo `Jaman Old`

08:06:00 | 21 Feb 2019
Soal ekonomi digital, TKN: Jokowi
Bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Sakti Wahyu Trenggono. (dok)
JAKARTA (IndoTelko) - Debat Pemilihan Presiden (Pilpres) putaran kedua pada Minggu (17/2) memperlihatkan sudut pandang yang menarik antara dua calon presiden (Capres) tentang ekonomi digital yang banyak digeluti generasi milenial.

Capres No 01 Joko Widodo (Jokowi) terlihat bersemangat mempromosikan ekonomi digital mulai berbicara infrastruktur melalui pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Palapa Ring, pemgembangan startup dengan mengangkat isu Startup yang bervaluasi US$1 miliar (Unicorn), hingga gagasan Revolusi Industri 4.0.

Sementara capres No 02 Prabowo Subianto terlihat tak mau terjebak dalam isu teknis ekonomi digital, bahkan ketika Jokowi menanyakan soal Unicorn, terlihat Ketua Umum Partai Gerindra itu ragu menjawab.

"Yang Bapak maksud Unicorn maksudnya yang apa itu online-online itu?" tanya Prabowo memastikan.

Sontak para penonton debat memiliki persepsi Prabowo tak menguasai isu Unicorn bahkan sempat terdengar suara tawa audiens kala Mantan Danjen Kopasus itu mengingatkan kekayaan Indonesia bisa makin lari keluar dengan munculnya Unicorn.

Bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Sakti Wahyu Trenggono menilai Jokowi lebih memahami isu ekonomi digital ketimbang Prabowo sehingga membuat segmen pemilih milenial makin cinta dengan mantan Gubernur DKI itu.

"Kalau lihat penampilan waktu debat soal ekonomi digital, Jokowi itu "Jaman Now" banget, sementara lawan debatnya terlihat "Jaman Old". Istilah milenial, gak gue banget itu jawaban dari Capres 02 kala ditanya Revolusi Industri 4.0 atau Unicorn," kata Pria yang akrab disapa Mas Treng itu di Jakarta Kamis  (21/2).

Menurutnya, Jokowi memahami membangun ekonomi digital dengan mengembangkan ekosistem Device, Network, dan Aplikasi.

Jokowi sudah membangun industri perangkat dalam negeri dengan adanya Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Di sisi jaringan ada layanan 4G dan Palapa Ring. Di sisi aplikasi mendorong inovasi anak bangsa dengan gerakan seribu startup dan membiarkan pemain seperti GOJEK, Bukalapak atau Traveloka berkembang.

"Semua itu sangat sesuai dengan benchmark di luar negeri dalam membangun ekosistem ekonomi digital," ulasnya.

Mas Treng pun tak sepakat dengan isu larinya kekayaan bangsa ke luar negeri karena para Unicorn mendapatkan suntikan modal dari pemodal ventura asing.

Menurutnya, hal yang terjadi justru sebaliknya, dimana banyak investasi asing masuk ke dalam negeri membiayai startup lokal sehingga anak-anak muda berbakat makin bergairah membangun kemampuan kompetensinya dalam berinovasi.

"Aku gak sepakat dengan omongan seperti itu (kekayaan lari ke luar negeri). Bangun usaha itu butuh modal. Model bisnis yang dikembangkan oleh GOJEK, Traveloka atau Bukalapak itu saat pertama hadir tak dipercaya bank. Pemodal ventura asing percaya, karena mereka sudah lihat hasilnya di Silicon Valley. Jadi, kalau tak paham model bisnis digital dan masih pakai kacamata "ekonomi old" susah memahaminya," jelasnya.

Mas Treng mengingatkan, berkat berkembangnya ekosistem ekonomi digital yang dibangun selama pemerintah Jokowi, Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) dalam buku  “Mapping dan Database Startup Indonesia 2018” mengungkapkan sebanyak 73,42% dari 992 startup di Indonesia sepanjang 2017 membukukan laba.

Bahkan Laporan yang dikeluarkan Cento Ventures menyatakan Startup Indonesia sepanjang 2018 mendapat dana sebesar US$7,7 miliar atau sekitar 70% dari total investasi US$11 miliar untuk startup di kawasan Asia Tenggara selama 2018.

"Itu artinya apa? Investor asing percaya dengan masa depan ekonomi digital Indonesia di tangan Pak Jokowi," ulasnya.

Mas Treng pun mengingatkan, Unicorn seperti GOJEK atau Bukalapak memiliki dampak bagi perekonomian khususnya pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Hal itu terlihat dari riset yang diterbitkan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) pada tahun 2017 menemukan bahwa GO-JEK telah berkontribusi sebesar Rp 1.7 triliun per tahun untuk perekonomian Indonesia melalui penghasilan mitra UMKM.

"Di Bukalapak banyak pelaku UKM jualan, omsetnya bisa ratusan juta rupiah per bulan. Ekonomi digital itu justru memunculkan inklusifitas bukan ekseklusifitas, ini disadari Pak Jokowi, karena itu beliau dorong terus. Saya khawatir kalau Capres 02 yang menang, itu Unicorn bisa jadi kuda poni, makanya pemilih milenial harus tahu mana yang pro bisnis digital," pungkasnya.(dn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year