telkomsel halo

Kolaborasi pemain pos dan logistik bisa angkat potensi ekonomi digital

06:30:46 | 20 May 2018
Kolaborasi pemain pos dan logistik bisa angkat potensi ekonomi digital
ilustrasi
JAKARTA (IndoTelko) - Jasa pos dan logistik akan menjadi pilar utama eCommerce yang mampu meningkatkan kontribusi sektor digital dalam perekonomian nasional.

“Sekarang sudah bukannya era kompetisi, namun era kolaborasi. Saya harap nanti perusahaan bisa saling berkolaborasi dan bisa membangun sinergi yang baik satu sama lain,” kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) M. Feriadi, pekan lalu.

Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan mengakui kolaborasi menjadi kata kunci. "Pertumbuhan angka ekspor yang lebih kecil daripada impor yang bisa menyebabkan negara besar lain masuk mencari pasar di Indonesia. Kita harus bersama-sama berkolaborasi, karena ditakutkan ada negara besar yang menawarkan platform dan berhasil,” tambahnya.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Ahmad Ramli mengungkapkan industri logistik mungkin yang paling banyak dengan pengiriman besar adalah perusahaan. "Sekarang terjadi perubahan karena pengiriman secara individual menjadi meningkat karena adanya tokopedia, toko online, dan lainnya. Pengiriman individu juga semakin meningkat bahkan bisa ke luar negeri,” ungkapnya.   

Dijelaskannya, pemerintah Indonesia telah melakukan upaya pembangunan infrastruktur jalan, pelabuhan, dan bandara yang akan memperkuat arus transportasi dan logistik ke depan. Selain itu, Kominfo ikut berperan dalam mendorong pembangunan broadband nasional melalui program percepatan 4G seluruh Indonesia, pembangunan Palapa Ring, pembangunan satelit multifungsi sehingga jaringan broadband dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Tentu ini akan menjadi arus data yang akan berfungsi menjadi pendukung arus logistik nasional.

“Semua yang awalnya dari sebuah toko, grosir, mall, sekarang sudah tergeser disrupsinya menjadi serba online (virtual). Jika dulu kita harus repot membuat pusat perbelanjaan di daerah, sekarang hanya perlu membangun (gudang) di kota saja,” tambah Ramli.

Namun terdapat beberapa permasalahan yang timbul dengan tercerminnya dalam peringkat Indonesia berdasarkan Logistic Performance Index (LPI) dari tahun 2014 menduduki peringkat ke 53 menjadi 63 pada tahun 2016.

LPI memiliki enam indikator dalam penilaian yang menjadi indikator penilaian yang terdiri dari Customs, Infrastructure, International Shipment, Logistics Competency, Tracking and Tracing, and Timeliness.

Padahal, sesuai hasil kajian Ernst & Young (EY) dan Kementerian Koordinator Perekonomian dalam Studi Roadmap e-Commerce Indonesia, menunjukkan bisnis eCommerce Indonesia dari tahun 2015 diperkirakan meningkat dari 10 kali lipat pada tahun 2020, menembus valuasi US$ 130 Miliar atau Rp 1.800 triliun.

Hal ini dapat terwujud jika tercipta 1.000 digital teknopreneur dengan valuasi bisnis US$ 10 Miliar atau Rp 138 Triliun. Ini menjadi potensi besar bagi pos logistik nasional, namun eCommerce tersebut juga berhasil apabila didukung logistik yang kuat.

“Bisnis logistik ini tidak terpisahkan. Toko-toko online itu tidak akan jalan kalau tidak ada jasa logistik. Para pemain harus membangun kepercayaan konsumen dan pengguna e-commerce serta meningkatkan ekonomi digital melalui optimalisasi layanan logistik yang meliputi ketepatan, keamanan, standar layanan, dan pemanfaatan teknologi digital,” pungkasnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year