telkomsel halo

LTE akan dominan di Indonesia

16:29:45 | 07 Jul 2017
LTE akan dominan di Indonesia
JAKARTA (IndoTelko) - Pengguna teknologi Long Term Evolution (LTE) diprediksi akan dominan di Indonesia pada 2022 mendatang. Hal itu terungkap dalam Ericsson Mobility Report untuk kuartal I 2017.

"Langganan LTE di Indonesia akan tumbuh secara signifikan dengan proyeksi cakupan 65% dari total jumlah pelanggan selular pada tahun 2022," kata Presiden Direktur Ericsson Indonesia dan Timor Leste Thomas Jul, kemarin.

Diprediksinya, LTE akan menjadi lebih dominan di seluruh dunia pada tahun 2018 dan kami juga melihat ini terjadi di Indonesia. "Pada tahun 2016, hanya ada 10% dari jumlah pelanggan LTE di Indonesia dan kami proyeksikan akan menjadi 65% pada tahun 2022. Di kawasan  Asia Pasifik (APAC) secara lebih luas, LTE akan mewakili 55% dari keseluruhan pelanggan seluler pada akhir tahun 2022," katanya.

Dikatakannya, kawasan Asia Pasifik ini akan memimpin penyebaran global 5G, yang akan mencakup 10% dari jumlah pelanggan di kawasan ini pada tahun 2022. "Pada tahap awal, ini akan dimulai di Korea Selatan pada tahun 2018, diikuti oleh Jepang dan China pada tahun 2020," katanya.

Perluasan jaringan LTE pada wilayah ini mendorong jumlah pelanggan menjadi monumental. Selain itu, karena kecepatan jaringan selular di atas LTE semakin cepat, kecepatan download yang menyentuh 1 gigabit per detik (GBPS) telah tercapai di Australia dan Singapura, dengan time to content atau waktu mencapai konten kurang dari 4 detik, membuat video streaming real-time menjadi tren teratas konsumen.

Serapan smartphone akan menjadi pendorong utama untuk trafik data. Pada akhir 2017, sekitar 50% dari keseluruhan pelanggan selular akan terkait dengan ponsel pintar, dan akan mencapai 80% pada akhir tahun 2022 di kawasan ini.

Penerapan awal 5G diperkirakan akan menghasilkan sekitar 28 juta pelanggan 5G pada tahun 2022. Ketersediaan spektrum baru serta pengembangan beragam kegunaan yang inovatif tentunya akan membantu percepatan penerapan layanan 5G di seluruh kawasan Asia Tenggara dan Oseania.

Dalam laporan ini juga ditemukan kegunaan inovatif dari teknologi broadband meliputi perbankan, belanja, transportasi, dan perjalanan online. Namun, pasar masih terus didominasi oleh aplikasi selular luar negeri, dan hanya 12% dari total 100 aplikasi dibuat penyedia aplikasi lokal atau regional.

Hal ini tentu saja merupakan peluang bisnis bagi operator seluler dengan potensi untuk berkembang lebih jauh menjadi kegunaan baru sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan Indonesia yang lebih digital, seperti misalnya aplikasi terkait perangkat terhubung IoT.

Pada akhir 2016, perangkat segmen IoT short range atau jangkauan pendek akan menjadi tipe utama dari perangkat yang terhubung dengan IoT di Asia Tenggara dan Oseania, dan akan diikuti oleh perangkat seluler.

Pada tahun 2022, baik segmen IoT short range maupun selular diperkirakan akan bertahan pada posisinya saat ini. Penyedia layanan seluler yang memanfaatkan peluang IoT untuk segmen perusahaan perlu mempertimbangkan peluang bisnis serta kebutuhan konektivitasnya agar bisa menerapkan infrastruktur yang tepat - baik untuk IoT short range maupun konektivitas 5G.

Pada pasar broadband yang lebih maju, konsumen biasanya mengharapkan time-to-content atau waktu ke konten sebesar 4 detik atau kurang, dengan kebutuhan kecepatan downlink minimal sebesar 4 Mbps.

Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan kinerja jaringan yang stabil di sebagian besar Negara di kawasan ini, hingga pada titik dimana 70% dari analisa sampel uji kecepatan di semua Negara ini mencapai kecepatan downlink minimal 1 Mbps.

Meskipun kecepatan ini tidak cukup untuk menciptakan time-to-content atau waktu ke konten hingga 4 detik atau kurang, diperkirakan kondisi ini akan membaik seiring dengan perkembangan jaringan yang semakin cepat berkat penerapan LTE.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year