telkomsel halo

Ancaman `bully` di dunia maya lebih berbahaya bagi Anak-anak

11:20:46 | 20 Jan 2017
Ancaman
ilustrasi
JAKARTA (IndoTelko) – Norton Cyber Security Insights Report: Family Edition merilis temuan yang lumayan mengejutkan dimana memaparkan pandangan orang tua terhadap cyberbullying dan langkah-langkah pencegahan yang perlu dilakukan untuk melindungi anak-anak mereka.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa ketika 49% orang tua di Indonesia memperbolehkan anak-anaknya yang berusia di bawah 11 tahun untuk mengakses internet, banyak dari mereka memiliki berbagai kekhawatiran.

Misalnya, lebih dari 4 dari 10 (41%) orang tua di Indonesia yakin bahwa anak-anak mereka lebih mungkin untuk dibully di dunia online dibandingkan di dunia nyata.

“Saat ini anak-anak  bukan lagi menghadapi ancaman fisik atau perlawanan secara langsung. Cyberbullying adalah isu yang sedang berkembang dan para orang tua sedang berupaya untuk mengidentifikasi dan mengatasi ancaman ini. Kekhawatiran bagi banyak orang tua adalah cyberbullying tidak berhenti saat anak mereka pulang dari sekolah – selama anak mereka masih menggunakan perangkat, pelaku bully dapat terhubungkan ke mereka,” ujar Director, Asia Consumer Business, Symantec Chee Choon Hong dalam rilisnya, kemarin.  

Selain cyberbullying,  kekhawatiran utama para orang tua adalah bahwa anak mereka mungkin:
· Mengunduh program yang berbahaya atau virus (72%)
· Memberikan terlalu banyak informasi pribadi kepada orang yang tidak kenal (68%)
· Terbujuk untuk bertemu dengan orang asing di dunia nyata (71%)
· Melakukan aktifitas online yang membuat seluruh keluarga  menjadi rentan (62%), membuat keluarga malu (61%) atau menghantui mereka di masa depan dengan prospek pekerjaan dan peluang masuk universitas (53%)

Dalam laporan itu menunjukkan bahwa  para orang tua di Indonesia mulai menyadari  bahwa cyberbullying  dapat memberikan dampak buruk bagi anak-anak mereka dan mengambil tindakan-tindakan pencegahan yang perlu dilakukan, sebagai contoh:

· 68% orang tua memilih untuk mengecek riwayat browser anak mereka
· 56% hanya memberikan izin untuk situs tertentu
· 56% hanya memberikan izin akses internet dengan pengawasan dari orang tua; 40% meninjau dan menyetujui semua aplikasi sebelum diunduh
· 32% memberikan akses internet hanya di area umum rumah
· 41% membatasi informasi yang bisa di posting anak mereka pada profil sosial media dan 34% menyiapkan kontrol orang tua melalui home routers

Satu temuan yang menarik dari survei tersebut adalah bahwa para orang tua dari beberapa negara yang menerapkan tindakan-tindakan pencegahan yang paling ketat, mengalami insiden cyberbullying terendah. Survei ini  mengungkapkan bahwa 4% orang tua di Indonesia tidak mengambil tindakan apapun untuk melindungi anak mereka saat online.

“Banyak para orang tua yang masih tidak tahu cara mengenali tanda-tanda cyberbullying dan hal apa saja perlu dilakukan jika anak-anak mereka mengalaminya. Langkah pertama bagi semua orang tua adalah mengedukasi diri mereka sendiri tentang tanda-tanda cyberbullying dan mempelajari cara berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak mereka,” tambah Chee.

Norton Cyber Security Insight Report mengindikasikan bahwa hanya 14% dari orang tua di Indonesia yang melaporkan bahwa anaknya  mengalami cyberbully. Walaupun di permukaan cyberbullying nampaknya bukanlah sebuah masalah, nyatanya banyak para orang tua yang tidak tahu cara mengenali tanda-tanda cyberbullying, sehingga masalah tersebut tidak dilaporkan.

Selain itu, banyak anak mereka memilih diam ketika mengalami cyberbullying karena takut kehilangan akses ke telepon genggam dan internet, atau merasa bahwa orang tua akan mempermalukan mereka atau memperburuk masalah dengan menghubungi orang tua pelaku bully atau melapor ke sekolah.

Jika Anda mencurigai atau khawatir tentang cyberbullying, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah berkomunikasi. Cyberbullying adalah subjek sensitif, dan memulai percakapan bisa jadi hal yang sulit.

Tanda-tanda Cyberbullying

Beberapa tanda yang mengindikasikan seorang anak mengalami bully antara lain:

· Mereka tampak gugup ketika menerima pesan teks/online atau email
· Kebiasaan mereka dengan perangkat berubah.  Mereka mungkin mulai menghindari telepon genggam mereka atau menggunakannya secara berlebihan
· Mereka membuat alasan untuk menghindari pergi ke sekolah
· Mereka menjadi lebih defensif atau tertutup mengenai aktifitas online mereka
· Mereka menarik diri dari teman dan keluarga
· Mereka memiliki gejala fisik seperti susah tidur, sakit perut, sakit kepala, dan turun berat badan atau naik badan
· Mereka tertinggal di sekolah, atau bertindak di luar kebiasaan
· Nilai mereka mulai menurun
· Mereka nampak seperti marah, frustasi atau sedih, terutama setelah online atau mengecek telepon genggam mereka
· Mereka menghapus media sosial atau akun email mereka.(pg)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year