telkomsel halo

Galumbang Menak: Saya mengubah struktur industri telekomunikasi

11:05:14 | 15 Aug 2016
Galumbang Menak: Saya mengubah struktur industri telekomunikasi
Galumbang Menak (dok)
Nama Galumbang Menak sepanjang semester pertama 2016 banyak menjadi perbincangan di industri telekomunikasi nasional.

Semua itu tak bisa dilepaskan dari keberhasilan PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) yang menguasai proyek Palapa Ring.

Moratel mengerjakan Proyek Palapa Ring Paket Barat bersama Ketrosden Triasmitra. Paket Barat  menjangkau wilayah Riau dan Kepulauan Riau (sampai dengan Pulau Natuna), dengan total panjang kabel serat optik sekitar 2.000 kilometer.  

Perusahaan ini juga menjadi pemenang Palapa Ring Paket Timur bersama Smart Telecom dan IBS. Paket timur menjangkau wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua (sampai dengan pedalaman Papua) dengan total panjang kabel serat optik sekitar 6.300 kilometer.

Bicara Moratelindo, tentu tak bisa dilepaskan dari kepiawaian seorang Galumbang Menak yang mendirikan Moratelindo 16 tahun lalu.

Berbeda dengan perusahaan yang bergelut di industri telekomunikasi lainnya dimana kebanyakan dimiliki nonperorangan atau grup konglomerat, Moratelindo dibesut dan dibesarkan seorang diri oleh Pria kelahiran Tarutung, 17 Januari 1966 ini.

Sebelum mendirikan Moratelindo, Galumbang  bekerja di Telkom pada 1992, di bagian riset & pengembangan. Tahun 1996, ia mendarat di Grup Rajawali, di PT Excelcomindo Pratama (kini PT XL Axiata).

Pada Kamis (11/8) lalu, ayah dua anak ini memberikan kesempatan kepada tim IndoTelko untuk mewawancarainya. Berikut kutipannya: 

Bagaimana bisnis Moratelindo sekarang?
Kami memang banyak dikenal sebagai penyedia backbone di industri telekomunikasi. Saat ini infrastruktur kita banyak di Jawa, Bali, dan Sumatera. Total backbone dan last miles yang dimiliki masing-masing sekitar 20 ribu Km. Secara bisnis pun kami tetap double digit growth setiap tahun. Jadi, kita tumbuh sehat.

Mengapa tertarik memulai bisnis dari penyediaan backbone?

Itu memang unik, soalnya yang bangun backbone itu biasanya operator. Tetapi sebenarnya di dunia itu ada juga independen backbone provider, memang jarang yang sukses. Saya mulai penyediaan backbone karena dulu itu susah sekali minta link (kapasitas), sudah kayak nyari Narkoba. Jika pun ada, belum tentu itu stabil. Ya, sudah saya bangun backbone sendiri, terus saya sewain. Bisa dikatakan saya yang mengubah wajah struktur dari industri telekomunikasi kala itu.

Bagaimana dengan kondisi bisnis penyediaan backbone sekarang?  
Harga sewa backbone cenderung menurun, makanya banyak yang malas bangun backbone sendiri. Tetapi itu biasa dalam bisnis. Anda tahu tidak berapa yang pegang lisensi untuk main sebagai penyedia backbone atau jasa internet, banyak sekali. Tetapi yang sukses bisa dihitung dengan jari. Sama itu dengan konten, tiap hari lahir konten baru, tapi yang jadi Facebook atau Google kan cuma satu. Biasa itu dalam bisnis. (Baca: Bisnis Moratelindo di eCommerce)

Bagaimana tentang isu hubungan Moratelindo dengan Grup Sinar Mas?
Tak ada saham Sinar Mas di Moratelindo. Dulu Sinar Mas ada beli salah satu anak usaha di bisnis penyedia jasa internet (PJI) yakni Mora Quatro. Itu cikal bakal MyRepublic sekarang. Selain itu kami mengelola jaringan dari Smartfren. Hubungan kita selama ini bagus. Orang kan kalau sudah berhubungan lama seperti saudara saja.

Moratelindo bermain di PJI?
Iya, kami punya Oxygen.id. Sekarang bermain di korporasi dulu. Sebentar lagi mau kita luncurkan untuk ritel. (Baca: Oxygen dari Moratelindo)

Oxygen akan terapkan open access?
Ya. Sama dengan bisnis di backbone, buat apa kita simpan-simpan kapasitas. Di serat optik itu kapasitas tak terbatas. Saya terbuka saja kalau ada yang mau sewa. Di negara lain juga seperti itu. Malah didorong untuk satu kabel saja dari banyak layanan. Anda mau di depan rumah banyak kabel? Kan tidak. Sejauh ini kita sudah kerjasama dengan MNC Play dan lainnya.
 
Anda setuju dengan usulan berbagi jaringan?
Setuju sekali, asal tidak menjadi kewajiban. Biarkan gotong royong, bukannya gotong royong tak dipaksa juga dulu. Nanti kalau sudah sadar yang tak mau gotong royong akan gabung kok. Kami di Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) juga info kalau ada yang mau share bangun jaringan, soalnya biaya paling mahal dalam gelar jaringan itu pekerjaan sipilnya bukan beli kabelnya.

Banyak kalangan membandingkan Moratelindo dengan Telkom dalam bisnis backbone, ada persaingankah?       
Kita sama Telkom banyak kolaborasi. Big brother itu. Anda harus tahu ya, di bisnis backbone ini tak bisa sendirian. Ada kabel putus, itu yang ribut bisa se-Indonesia. Makanya butuh backup. Jadi tak bisa jalan sendiri. Kita punya infrastruktur  P2JS, banyak dipakai operator. Pelanggan utama Telkom, XL, Linknet, dan lainnya. Semua teman, mau pakai silahkan, asal harga sesuai.    

Apa rahasia Moratelindo bisa sukses sejauh ini?
Bisnis backbone ini harus serius. Tak bisa oleh operator jadi-jadian. Kita selalu persistence dan jaga kualitas layanan. Saya percaya kompetisi itu dijalankan mereka yang yakin layanannya bagus. Jadi, kalau ada yang menolak kompetisi, itu artinya layanannya amburadul. (Baca: Kompetisi  di bisnis backbone

Anda menguasai proyek Palapa Ring, tidak takut rugi?
Kita waktu mau ikut tender bidikan utama di Barat. Tetapi saya lihat yang di Timur itu butuh juga infrastruktur internet. Malah kalau dilihat orang di Timur Indonesia itu lebih butuh internet bagus karena bisa digunakan untuk hiburan dan pendidikan.
Resiko pasti ada, tetapi semua sudah diminimalisir. Selain itu saya sudah bergerak dengan mendekati ekosistem. Misal, saya sudah informasikan ke pemangku kepentingan di sekitar Natuna kalau sebentar lagi akan ada backbone kabel optik dan bisa dioptimalkan. Ini ibarat Mall, saya bangun mall, pakai dululah atau bayar yang pentingnya dulu. Jangan udah bangun backbone, terus kita disuruh lihat itu barang, tak jalan dong bisnisnya.

Bagaimana Anda ingin orang menyebut Moratelindo sekarang?     
Kami adalah broadband company. Saya bangun ekosistem broadband dengan menjalankan bisnis infrastruktur, services, dan aplikasi. Saya tak akan masuk ke bisnis yang menjadikan kami hanya sebagai pelengkap. Setidaknya Moratelindo itu harus menjadi tiga besar di setiap bisnis yang digelutinya.

Ada rencana membawa Moratelindo untuk IPO?
Ada, harusnya tahun lalu, tetapi tahun ini kita coba. Tim sudah disiapkan. Ini barang bagus, banyak yang minat. IPO bukan untuk mencari pendanaan, tetapi agar tata kelola menjadi lebih baik. Kalau pendanaan, banyak cara mencarinya.   

Bagaimana harapan ke depan untuk industri telekomunikasi?
Saya tak mau industri ini terlalu didominasi asing. Sedih juga lihat infrastruktur sekarang dikuasai konten asing. Tetapi saya tak mau juga konten lokal diproteksi untuk dapat pasar. Saya maunya konten lokal itu dicari karena kualitasnya bagus. Kalau layanan dan kualitas bagus, orang pasti cari barang kita.(dn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year