HOOQ Ungkap Tantangan Video Streaming di Indonesia

10:37:49 | 19 Apr 2016
HOOQ Ungkap Tantangan Video Streaming di Indonesia
Model tengah mengakses layanan HOOQ (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Layanan video on  Demand milik Singapore Telecommunications (SingTel), Sony Pictures Television, dan Warner Bros, HOOQ, tak terasa sudah seminggu mengudara di Indonesia.

HOOQ  dikomersialkan di beberapa wilayah operasi SingTel pada kuartal pertama 2015 di seperti Filipina, India, dan Thailand.

Model bisnis yang dikembangkan adalah Sony dan Warner menyediakan konten dan know-how, sementara SingTel memiliki akses ke pasar dimana memiliki basis 500 juta pelanggan. Kekuatan SingTel di solusi billing juga akan dimanfaatkan HOOQ terutama untuk penetrasi di pasar negara berkembang yang penggunaan kartu kredit masih terbatas.

Investasi mendirikan HOOQ diperkirakan US$ 100 juta demi membidik potensi pasar S$1 miliar di pasar yang dikelola SingTel. Di Indonesia, nama SinTel sudah tak asing karena menguasai sebagian saham dari Telkomsel.

“Kami masuk sebagai entitas independen. Anda lihat, kita gandeng semua operator untuk skema potong pulsa (carrier billing). Kita tak mau eksklusif dengan satu operator,” tegas Country Head HOOQ Indonesia Guntur S Siboro, belum lama ini.

Ditambahkannya, skema potong pulsa juga salah satu upaya memenuhi aturan yang tengah diwacanakan Menkominfo Rudiantara dimana pemain Over The Top (OTT) harus bekerjasama dengan operator dalam pemenuhan layanan ke pelanggan dan kewajiban ke negara. (Baca juga: HOOQ di Indonesia)

Tantangan
Lebih lanjut mantan Bos Aora TV ini mengatakan sekarang adalah saat yang tepat masuk ke pasar video streaming Indonesia karena operator seluler mulai menawarkan 4G dan jaringan Fiber To The Home (FTTH) sedang banyak dibangun.

“Ada dua tantangan menawarkan video streaming di Indonesia yakni masalah Kuota dan Akses. Kuota ini dibutuhkan karena masyarakat dominan mengunduh via perangkat mobile. Akses, kalau dikasih gratis, ini akan cepat take up. HOOQ sedang cari solusi dengan operator agar ada model bisnis yang membuat dua hambatan ini teratasi,” ulasnya.

Dikatakannya, saat ini HOOQ menawarkan harga berlangganan Rp49.500 per bulan atau Rp18.700 per minggu diluar biaya  akses operator. “Secara teknologi kita sudah siasati dengan adaptive streaming technology dimana kompresi akan menyesuaikan dengan akses. Selain itu juga bisa nonton film offline setelah diunduh hingga 5 film. Ada lagi resolusi Film mulai dari high, medium, hingga low untuk menghemat kuota,” katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, potensi dari pasar video streaming di Indonesia lumayan besar karena masyarakat butuh hiburan. “Saat jalanan macet itu yang banyak diakses layanan streaming. Kebutuhan konten lokal juga tinggi. Masyarakat senang nonton film Indonesia in Private alias di gadget. Kita ada lebih seribu film Indonesia untuk memuaskan itu semua,” katanya.(id)

Artikel Terkait
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories