Perilaku Konsumerisme Picu Kemajuan Teknologi

09:14:28 | 07 Mar 2016
Perilaku Konsumerisme Picu Kemajuan Teknologi
Ilustrasi (dok)
JAKARTA (IndoTelko) –  Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan industri kreatif yang dikembangkan oleh wirausahawan muda telah menciptakan budaya berbelanja baru di pasaran.

Para startup yang tidak memiliki banyak modal untuk menginvestasikan sebuah outlet  memamerkan produknya memanfaatkan tren eCommerce, pop-up market dan penjualan invidual di media sosial di kota-kota besar Indonesia.

Brightspot, I Love Bazaar Jakarta, JakCloth dan beberapa pop up market lainnya telah menjadi acara berbelanja yang harus dikunjungi.

Sementara, ada juga yang lebih memilih untuk menghabiskan berjam-jam untuk mengunjungi media sosial seperti Instagram, Facebook atau Pinterest untuk menemukan apa yang mereka butuhkan. Tren berbelanja baru ini menunjukan budaya konsemerisme yang telah berubah untuk kalangan millenial.

Budaya konsumerisme yang secara konstan kita terima tentunya lambat laun juga akan bertumbuh dan menjadi budaya yang dimiliki oleh generasi millenial. Generasi Millenial, yaitu mereka yang lahir di antara tahun 1980 sampai dengan 2000.

Menurut riset berbasis media sosial yang dilakukan selama dua bulan mulai 1 Desember 2015 sampai 31 Januari 2016 oleh lembaga independen, Provetic, 41% dari 7,809 perbincangan mengenai alasan utama menabung adalah untuk dapat membeli tiket konser menonton musisi yang mereka idolakan dan untuk rencana wisata mereka.

Melihat tingginya dorongan budaya konsumtif, seharusnya ada cara bagi mereka dalam mengatur keuangan yang sederhana, cerdas dan aman.

“Ternyata bagi generasi millenial, menabung tidak hanya bertujuan untuk hal-hal besar saja seperti untuk tujuan memiliki rumah atau ibadah umroh, tapi juga untuk pembelanjaan yang bersifat konsumtif, seperti halnya membeli tiket konser musik atau untuk keperluan wisata,” ujar CEO Provetic Iwan Setyawan dalam keterangannya, kemarin.

Temuan menarik lainnya juga didapatkan dari online survei yang dilakukan oleh Provetic, ditemukan bahwa sebagian besar dari generasi millenial ini (38% dari 7,757 responden) masih menggunakan uang dari ibu atau orang tua mereka dalam melakukan metode pembayaran, selain penggunaan kartu debit yang populer.

“Menggunakan uang orang tua adalah jalan pintas yang mudah diambil ketika berhadapan dengan masalah keuangan, bagi generasi millenial. Hal ini tentunya mengejutkan dan dari sini kita dapat melihat bahwa generasi millenial masih kurang menganggap penting manfaat perencanaan keuangan bagi masa depan mereka,” tambah Iwan.

Serba Instant
Hal serupa juga ditemukan oleh survei online yang dilakukan oleh Facebook serta dilaksanakan oleh Crowd DNA dalam pengawasan Facebook, terhadap 1,000 respondennya yang berusia antara 13 sampai 24 tahun, di mana 79% dari responden masih memikirkan mengenai pentingnya menabung bagi masa depan mereka, namun hanya 62% yang benar-benar sudah merencanakan masa depan mereka secara detil.

Sangatlah penting bagi kalangan milenial ini untuk dapat bertanggungjawab terhadap keuangan mereka sendiri. Menggunakan uang dilhat sebagai sesuatu yang familiar, tapi tidak dengan mengaturnya, terutama untuk perencanaan jangka panjang.

“Kita berhadapan dengan satu generasi yang ingin segala sesuatunya harus serba instant, tanpa harus menunggu. Mereka ingin segala seuatu terlaksana dan tercapai dalam waktu singkat, tanpa harus melalui satu proses yang panjang. Ini tentunya berbeda dengan generasi–generasi sebelumnya yang sangat menghargai terjadinya suatu proses, sebelum terjadinya satu pencapaian tertentu,” ucap seorang pemasar kreatif dari OMG Consulting Yoris Sebastian.

Menurutnya, ketika Generasi Millenials ingin berbelanja tentunya juga harus cepat dan bisa langsung mendapatkan barang yang dimaksud. Hal ini membuat tumbuh suburnya aplikasi mobile shopping baik dalam bentuk market place seperti tokopedia, bukalapak, elevenia maupun online retail shopping seperti Lazada dan Zalora.

“Generasi ini menjadi sangat bebas memilih dari begitu banyak, kalau tidak mau dibilang terlalu banyak pilihan, tak heran bila mereka menjadi begitu pragmatis. Ini juga membuktikan bahwa demand yang tercipta dari generasi millenial, memacu kemajuan teknologi dengan makin bertumbuhnya berbagai macam mobile app, yang ditujukan untuk memenuhi demand generasi millenial.” tambah Yoris.

Apapun yang berkaitan dengan keuangan selalu dianggap sebagai sesuatu yang kurang penting bagi kaum milenial. Untuk memberikan pendekatan akan menciptakan kesadaran perihal keuangan memerlukan media yang dekat dengan mereka, seperti teknologi.

Di sini milenial akan memahami apa yang dimaksud dengan cerdas dalam menggunakan uang, tidak hanya seputar membeli produk atau jasa untuk kualitas, nilai atau merek, tapi perlu juga bagi mereka untuk memahami lebih luas akan perencanaan keuangan jangka pendek dan jangka panjang.

Ketertarikan generasi millenial pada kemajuan teknologi, juga terlihat dari hasil survei Facebook, di mana 73% menyatakan tertarik untuk mengikuti kemajuan teknologi dibandingkan pembicaraan mengenai musik (71%) dan keluarga (68%).

Ada 90% dari responden, menyatakan bahwa mereka selalu berhubungan dengan teman-teman melalui teknologi. Karakter generasi millenial yang serba konsumtif dan kurang memiliki perencanaan keuangan yang baik, tentunya harus diberikan solusi, terutama melalui kemajuan teknologi, yang sangat dekat dengan minat dan keseharian mereka.

Kebutuhan akan hadirnya teknologi pengaturan keuangan yang cepat, mudah digunakan dan pintar, sangat dibutuhkan oleh generasi millenial.

Hal ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bersama bagi semua pemangku kepentingan baik pelaku industri keuangan maupun non-keuangan untuk menciptakan satu ekosistem yang dapat membantu generasi millenial untuk mengatur keuangannya secara tepat, cepat, mudah dan aman, sehingga daya beli generasi millenial akan meningkat secara bertahap bukan berkurang, sesuai pertambahan usia dan pendapatan mereka.

Niscaya, suatu saat nanti, kemajuan teknologi yang pesat dapat menjawab kebutuhan generasi millenial akan pengaturan keuangan.

“Budaya konsumtif yang dimiliki oleh generasi millenial harus diimbangi dengan pengaturan keuangan yang tepat, sehingga produktivitas dari generasi millenial tidak terganggu, malah meningkat dan makin memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat sekitarnya,” kata juru masak independen Chef Nanda Hamdalah.

Founder Kitabisa.com Alfatih Timur (Timmy) menambahkan, generasi millenial yang sangat antusias terhadap kteknologi, pastinya mendambakan solusi bagi berbagai masalah hidupnya, terbantu oleh teknologi, misalnya dalam mobile app. “Hal ini harus dapat dilihat jeli oleh para pelaku industri agar tidak terjadi fenomena senjakala, karena keengganan beradaptasi dengan kemajuan teknologi,” katanya.(id)

Artikel Terkait
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories