telkomsel halo

Ini Alasan e-commerce Banyak Dilirik

14:43:52 | 23 Jan 2015
Ini Alasan e-commerce Banyak Dilirik
Ilustrasi (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – BMI Research baru saja mengeluarkan riset tentang Online Shopping Outlook 2015.

Hasil riset BMI pada periode Desember 2014 terhadap 1.213 responden dari berbagai profesi yang menggunakan internet (18-45 tahun) di 10 kota, yakni Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Johjakarta, Padang, Palembang, Makasar, Denpasar dan Samarinda menyatakan 24% dari total responden melakukan belanja online. Sisanya belum mau berbelanja online karena berbagai alasan.

Dari responden tersebut 9% mengatakan pasti akan berbelanja online tahun ini. Dan 76% yang belum pernah berbelanja online mengatakan ada kemungkinan berbelanja online tahun ini.

Secara demografi, kaum hawa menjadi yang terbanyak dalam urusan belanja online dengan 53%  dan 56% diantaranya berusia 18-30 tahun. Hal ini terlihat dari produk-produk favorit yang laku terjual yaitu fesyen dan kosmetik dengan 41% dan 40%.

Kepala Peneliti BMI Research Yoanita Shinta Devi memperkirakan kepraktisan, harga bersaing menjadi kunci penting kenapa orang tertarik untuk berbelanja online.

"Karakteristik, orang yang malas keluar rumah atau tidak mau repot-repot ke toko karena kesibukan, menjadi alasan utama responden kami melakukan belanja online. Ini memberikan optimisme bahwa industri ini akan berkembang sangat pesat," katanya.

Diperkirakan penetrasi belanja online akan meningkat dua kali lipat hingga 57%. Dari responden   ditemukan bahwa sekali berbelanja online per orangnya rata-rata mengeluarkan biaya sekitar Rp 825.000 pertahun atau  memberikan kontribusi ke perekonomian Indonesia mencapai Rp 21 triliun. Di 2015 diperkirakan bisa bertambah hingga Rp 50 triliun.

Menuruntya, besarnya potensi pertumbuhan industri belanja online ini sejalan dengan target pengguna internet yang dicanangkan Kementerian Komunikasi dan Informatika mencapai 150 juta pengguna internet.

"Potensi pasar online itu ada di mobile dimana 8 dari 10 orang bertransaksi dengan menggunakan mobile device," katanya.

Hambatan
Lebih lanjut dikatakannya, hambatan dari e-commcerce adalah isu kepercayaan. “Ini bisa dilihat dari banyaknya berita penipuan transaksi online dan testimoni yang buruk seperti perbedaan spesifikasi produk dan waktu pengiriman menjadi penyebab terbesar orang enggan belanja online," jelasnya.

Merujuk ke hasil riset, sebanyak 59% responden mengenal toko online melalui iklan di televisi dan pemberitaan di media. Kemudian, terdapat 57% mengetahui dari teman dan keluarga, sebanyak 56 persen dari situs dan sekitar 33% dari jejaring sosial.

"Dari data tersebut terlihat, kredibilitas adalah poin penting untuk membangun kepercayaan calon konsumen. Iklan di televisi dan pemberitaan di media konvensional paling berpengaruh untuk menarik konsumen," ujar Digital Director Manifesto, Matthew Y.B. Rompas.

Ditambahkan Matthew, informasi dari mulut ke mulut juga menjadi salah satu poin penting untuk menarik konsumen. "Perbanyaklah iklan di jejaring sosial ataupun situs lain. Hal itu bisa membuka kemungkinan calon konsumen mendapat referensi setelah membaca akun Twitter teman atau keluarganya," tutupnya.

Secara terpisah, CEO MetraPlasa Aulia E Marinto mengakui isu Trust menjadi hal utama dalam mengembangkan bisnis e-commerce. “Pembeli dan penjual sekarang sudah pintar, mereka akan melihat siapa di belakang portal itu,” ungkap pembesut portal Blanja.com ini. (Baca juga: Blanja.com perkuat platform)

Dikatakannya, kekuatan dari Blanja.com terletak pada nama besar e-Bay dan Telkom sehingga cepat meraih simpati di pasar. “Digital marketing kita juga jalan untuk mengakuisisi seller dan buyer,” tutupnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year