telkomsel halo

Smart Telecom Tak Layak Dapat 30 MHz di 2,3 GHz?

11:44:10 | 14 Aug 2014
Smart Telecom Tak Layak Dapat 30 MHz di 2,3 GHz?
Ilustrasi (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Kebijakan yang diambil Menkominfo Tifatul Sembiring untuk memindahkan Smart Telecom dari frekuensi 1.900 MHz ke 2,3 GHz mulai ditanggapi oleh operator seluler.

Direktur Services Management XL Axiata Ongki Kurniawan menilai alokasi 30 MHz bagi Smart Telecom demi menggelar TD LTE tidak memberikan rasa keadilan bagi pemain lainnya.

“Alokasinya terlalu besar jika melihat kepemilikan Smart Telecom sebelumnya yang dibawah 30 MHz. Ini memberikan keuntungan selangkah bagi Smart Telecom yang ingin menggelar TD LTE, apalagi posisi frekuensinya berdampingan,” paparnya kemarin.

Ditambahkannya, Smartfren Telecom sebagai holding dari Smart Telecom pun masih memiliki keuntungan yakni menjalankan teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) di 850 MHz. “Kalau saya lihat ini bukan semata TD LTE, tetapi mereka akan menggelar konvergensi data dan suara. Soalnya lisensinya kan seluler nasional,” tuturnya.   

Dikatakannya, posisi Smartfren secara keseluruhan jika dilihat dari sisi frekuensi akan unggul jika dibandingkan XL yang baru saja mendapatkan tambahan 15 MHz frekuensi di 1.800 MHz dan 5 MHz di 2,1 GHz pasca mengakuisisi Axis.

“Kalau FD-LTE digelar di 1.800 MHz artinya kami punya 22,5 MHz, ini tak berdampingan. Kita harapkan pemerintah bisa secepatnya membebaskan frekuensi 700 MHz untuk LTE agar strategi low-high bandwidth di LTE bisa berjalan,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Smartfren sebelumnya hanya memiliki lima kanal yang dioperasikan melalui pita frekuensi radio 2 x 6,875 MHz di 1.900 MHz. Relokasi ke 2,3 GHz akan dilaksanakan secara bertahap dan wajib diselesaikan paling lambat pada 14 Desember 2016. Smartfren akan mengkomersialkan TD LTE kabarnya di satu kota untuk kuartal pertama 2015.

Smartfren sendiri diperkirakan harus merogoh kocek untuk pembayaran Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi sekitar Rp 3 triliun untuk 10 tahun. Angka ini diluar upfront fee dan investasi. Kalkulasinya dana yang dikeluarkan bisa mencapai Rp 5 triliun.

Namun ini belum sebanding dengan dana yang dikeluarkan XL Axiata dimana hanya untuk mengakuisisi Axis mengeluarkan dana sekitar Rp 8,5 triliun diluar harus menanggung tunggakan BHP frekuensi dari anak usaha Saudi Telecom itu.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year