telkomsel halo

Tender Satelit Telkom 3S tanpa ISS-Reshetnev

08:29:16 | 19 Mar 2014
Tender Satelit Telkom 3S tanpa ISS-Reshetnev
Rizkan Chandra (Dok)
JAKARTA (IndoTelko)  - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sepertinya belajar banyak dari gagal mengorbitnya satelit Telkom 3 pada medio 2012 lalu.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini tak lagi mengikutsertakan perusahaan asal Rusia, ISS-Reshetnev, dalam tender satelit Telkom 3S (Subtitute/Pengganti) yang tengah masuk babak final di kuartal pertama 2014 ini.

“Tidak ada nama ISS-Reshetnev di peserta tender. Sekarang peserta tinggal enam atau tujuh perusahaan, mereka memiliki kompetensi di pembuatan dan peluncuran satelit,” ungkap Direktur Network & Solution Telkom Rizkan Chandra  usai menjadi pembicara pada diskusi IndoTelko Forum dengan tema: "Berbagi Infrastruktur Kurangi Defisit Neraca Perdagangan", di Jakarta, kemarin.

Untuk informasi, satelit Telkom-3S akan menggantikan satelit Telkom-3 yang gagal mencapai orbit pada Agustus 2012. Kala itu  satelit Telkom-3 dibangun oleh ISS-Reshetnev dengan perangkat komunikasi dibuat oleh Thales Aleniaspace. Investasi yang digelontorkan kala itu sekitar US$ 185 juta.  

Satelit Telkom 3S nantinya akan menempati slot orbit di di 118° BT.  Satelit ini dirancang untuk memenuhi meningkatnya permintaan peralatan transmisi dalam pengembangan layanan bisnis satelit Indonesia. Tender  satelit Telkom 3S sendiri dimulai pada akhir 2013. 

Nilai investasi dari pembuatan hingga peluncuran satelit yang akan mengangkut 49 transponder itu sekitar Rp 2 triliun. Pendanaan akan berasal dari pinjaman kombinasi perbankan asing dan lokal sekitar 10% hingga 30%, sisanya dari kas internal.

"Kalau April kita bisa tandatangan kontrak dengan pemenang tender, diperkirakan pada 2016 baru bisa meluncur satelitnya. Soalnya itu butuh dua tahun pembuatan," jelasnya.
Telkom sendiri untuk  menutup lowong kapasitas satelit Telkom 3 karena gagal mengorbit terpaksa  menyewa beberapa transponder dari GE Sat milik Amerika Serikat, APstar dari Hong Kong, dan JCSat dari Jepang.

Harga pasar untuk sewa per transponder ukuran standar (36 MHz) adalah sekitar US$ 850 ribu – US$ 1,2 juta  per tahun pada 20 November 2012. Dana yang disiapkan dua tahun lalu sekitar US$ 4 juta untuk menyewa transponder dan mendukung bisnis satelit.

Telkom sendiri sebenarnya sudah memproyeksi  secara bisnis jika satelit Telkom-3 bisa mengangkasa dengan mulus, infrastruktur tersebut mampu berkontribusi sebanyak  US$ 50 juta  per tahun ke pendapatan perseroan setelah 2-3 tahun mengudara. Bisnis satelit selama ini memiliki internal rate of return (IRR) di Telkom sekitar 14%.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year