telkomsel halo

75% Merger Berujung Kegagalan, XL-Axis Tetap Melaju

08:02:28 | 06 Feb 2014
75% Merger Berujung Kegagalan, XL-Axis Tetap Melaju
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – PT XL Axiata Tbk (XL) sepertinya sudah teguh dengan pendiriannya. Merger dan akuisisi dengan PT Axis Telekom Indonesia (Axis) harus dijalankan demi masa depan yang lebih baik di industri seluler nasional.

Sinyal itu dilempar oleh Presiden Direktur XL Axiata Hasnul Suhaimi pasca mendapatkan restu pemegang saham melakukan merger dan akuisisi dengan Axis yang menelan dana US$ 865 juta pada Rabu (5/2).

“Saya tahu sekitar 75% aksi merger yang dilakukan operator itu menuai kegagalan. Tetapi kami memiliki keyakinan hal yang dilakukan ini benar dan harus dikerjakan untuk masa depan lebih baik. Asal Anda tahu, kita sudah siapkan aksi korporasi ini sejak dua tahun lalu dan butuh nyaris satu tahun untuk eksekusi. Ini gambaran betapa semua direncanakan dengan matang,” tegasnya.

Ditegaskannya, perseroan memiliki perencanaan bisnis untuk lima tahun ke depan terkait pengembangan teknologi 2G, 3G, dan 4G. “Dalam perencanaan itu tak melibatkan Axis, simulasinya ternyata tidak menguntungkan. Kita lebih bisa kompetitif jika melakukan merger dan akuisisi dengan Axis,” jelasnya.

Direktur XL Willem Lucas Timmermans mengungkapkan, perseroan sudah menyiapkan beberapa langkah jika merger dan akuisisi dengan Axis dijalankan, mulai dari intergrasi spektrum, teknologi informasi, pemetaan produk dan sumber daya manusia, hingga aset yang ada.

“Kita lihat semuanya dengan detail dan hati-hati. Jangan bandingkan aksi ini dengan Smart Telecom dan Mobile-8 yang menjalankan Smartfren atau Indosat dan Satelindo. Kondisi kami berbeda. Secara keuangan XL sehat dan akan banyak efisiensi terjadi,” jelasnya.

Direktur Keuangan XL Axiata Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin mengungkapkan, secara perusahaan Axis memiliki tantangan pada biaya yang tinggi, utang menumpuk, dan pendapatan yang rendah. “Nanti masalah biaya dan utang itu akan diatasi kalau sudah terintegrasi. Soal pendapatan akan naik karena skala ekonomis meningkat. Kami optimistis dalam dua hingga tiga tahun kinerja bottom line akan tumbuh, sedangkan di tahun ini tetap positif walau terjadi penurunan,” jelasnya.

Tertekan
Dijelaskannya,  dalam jangka pendek kinerja bottom line akan tertekan karena pendanaan dari akuisisi berasal dari pinjaman selain adanya biaya-biaya yang ditanggung.

“Kami mendapatkan pinjaman sebesar US$ 500 juta  dari induk usaha untuk akuisisi, sisanya akan didanai dari pinjaman. Total dana akuisisi itu US$ 865 juta. Sebagian dana akuisisi sudah di dapat dari DBS belum lama ini US$ 300 juta, tetapi itu juga ada yang digunakan untuk modal kerja tahun ini,”  katanya.

Hasnul menambahkan, XL akan membayar pinjaman untuk mengakuisisi itu nantinya dari uang kas yang didapat setelah dua entitas bergabung dan menimbang melepas  menara milik keduanya. “Gabungan menara milik XL dan Axis ada sekitar 10 ribu sites. Nilainya lumayan,” katanya.

Sekadar diketahui, XL dalam prospektus ke otoritas bursa saham menyatakan  secara kuantitatif dalam jangka panjang  konsolidasi dengan Axis akan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja keuangan ke depannya.

Dalam incremental analysis dimana dengan adanya penggabungan usaha ini pendapatan XL diproyeksikan selama  lima tahun kedepan akan mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan sebesar 8,4%  per tahun, dimana hal lebih besar bila dibandingkan dengan proyeksi XL tanpa adanya penggabungan usaha dengan tingkat rata-rata pendapatan sebesar 7,2%.

Dari segi nominal berdasarkan hasil proyeksi selama lima tahun kedepan, rata-rata laba usaha yang dihasilkan oleh XL dengan adanya penggabungan usaha lebih besar dibandingkan tanpa adanya penggabungan usaha, dimana jika penggabungan usaha efektif dilakukan rata-rata laba usaha yang dihasilkan oleh XL diproyeksikan mengalami peningkatan sebesar  Rp 529 miliar.
 
Sedangkan rata-rata laba bersih yang dihasilkan oleh XL juga diproyeksikan akan mengalami peningkatan dengan rata-rata laba bersih sebesar Rp 3,5 triliun   dengan rata-rata laba bersih per lembar saham sebesar Rp 405 rupiah.

Hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata laba bersih yang dihasilkan oleh XL bila tidak ada penggabungan usaha, dimana berdasarkan hasil proyeksi selama lima tahun kedepan rata-rata laba bersih yang dihasilkan adalah sebesar  Rp 3,2 triliun  dengan rata-rata laba bersih per lembar saham sebesar  Rp 378.

Sebelumnya dalam kajian Fitch Ratings entitas XL-Axis diperkirakan akan menjadi operator nomor dua di Indonesia menempel ketat Telkomsel.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year