telkomsel halo

Strategi Ponsel Lokal Bersaing di Tahun Kuda

11:47:50 | 12 Jan 2014
Strategi Ponsel Lokal Bersaing di Tahun Kuda
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Ponsel merek lokal ingin bangkit di tahun kuda ini seiring pamor smartphone mulai menanjak.

Jika beberapa tahun lalu ponsel merek lokal berhasil memanfaatkan momentum feature phone, sejak tahun lalu beberapa merek lokal mulai melirik segmen smartphone agar bisa ikut mencicipi gurihnya pasar ponsel tanah air.

Hal yang menarik adalah strategi yang dikedepankan sekarang bukan lagi masalah harga, tetapi komitmen investasi di tanah air, yakni mendirikan pabrik untuk merakit ponsel oleh anak bangsa.

Sepertinya para pemegang merek lokal belajar banyak dari masa lalu kala bermunculan ratusan ponsel lokal dengan mengandalkan impor dari China dan harga murah, tetapi lemah di purna jual.

Seiring dinamika pasar dimana adopsi smartphone kian tinggi, tentunya fitur harga tak bisa menjadi andalan. Harus ada sesuatu yang memiliki nilai tambah agar produk dilirik pasar. Apalgi, merek global juga melepas produk dengan harga kompetitif.

Saat ini ada dua merek lokal yang pantas diapungkan dimana secara serius tengah menggarap produk di dalam negeri. Keduanya adalah PT Aries Indo Global (AIG) yang mengusung merek Evercoss dan PT Hartono Istana Teknologi yang terkenal dengan merek Polytron.

Tambah Kapasitas
Polytron bisa dikatakan bisa maju selangkah ketimbang kompetitornya karena selama ini sudah memiliki fasilitas produksi. Hal itu terlihat dari aksi perseroan yang sudah memproduksi ponsel sejak akhir tahun lalu.

"Sudah  dimulai untuk ponsel sejak Desember 2013," ungkap Public Relations and Marketing Event Manager Polytron Santo Kadarusman.

Diungkapkannya, untuk memproduksi ponsel ini, Polytron cukup  menambah lini di pabrik yang sudah ada.Tahap awal, Polytron memproduksi sebanyak 30 ribu unit ponsel per bulan atau 360.000 unit per tahun. Jika permintaan meningkat, kapasitas akan dinaikkan menjadi 100 ribu unit per bulan atau 1,2 juta unit per tahun.

Pabrik Polytron akan memproduksi feature phone sebanyak 30% dan smartphone (70%) sedangkan harga jual smartphone dibanderol mulai dari Rp 700 ribu hingga Rp 4 juta per unit. Sedangkan untuk feature phone  di kisaran Rp 200 ribu sampai Rp 500 ribu per unit.

Produksi Februari
Sementara itu, Aries Indo Global (AIG) rencananya memulai produksi ponsel di tanah air pada awal Februari 2014 seiring pembelian mesin-mesin dari China untuk persiapan produksi telah dilunasi.

Direktur Utama Aries Indo Global Edward Sofiananda mengungkapkan, perseroan menggelontorkan investasi sekitar Rp 1 triliun untuk mewujudkan pabrik di Indonesia.  

Pada tahun pertama diprediksi investasi sebesar Rp 300 juta, Sisanya akan dikucurkan secara bertahap sampai pabrik tersebut selesai dibangun.
Awalnya, pabrik Evercoss memiliki kapasitas perakitan 10 model perangkat. Satu model akan diproduksi 300 unit per bulan.Pabrik yang dibangun di kawasan industri Terboyo, Semarang, itu memiliki luas areal hingga 10 hektare (ha).

Pada tahun 2015 nanti, perusahaan ingin menggenjot produksi hingga duakali lipat menjadi 600.000 unit per bulan. AIG juga memiliki pabrik produksi tablet yang luasnya 2 ha di kawasan yang sama. Harapan awal dengan adanya pabrik ini merek Evercoos bisa terjual sebanyak 1,5 juta unit per bulan.
 
“Kami itu mengharapkan adanya insentif dari pemerintah terutama soal impor   komponen ponsel yang dikenakan bea masuk antara 5% hingga 15%,” jelasnya.

Dikatakannya, dengan kondisi makro ekonomi dimana rupiah terus terdepresiasi perseroan melakukan efisiensi di berbagai divisi usaha dan menimbang menaikkan harga jual hingga 12,5%.

Sekadar informasi, dalam catatan GFK hingga September 2013  Indonesia memiliki total penjualan smartphone sebesar US$ 3,33 miliar (sekitar Rp 39,4 triliun) yang seluruhnya berasal dari 14,8 juta unit smartphone yang terjual. Hal ini berarti Indonesia berkontribusi sekitar 30% bagi total penjualan smartphone di Asia Tenggara.

Secara kumulatif dari catatan pemerintah dalam periode  Januari hingga Oktober impor ponsel yang dilakukan Indonesia mencapai 13.883 ton atau senilai US$ 2,34 miliar atau sekitar Rp 23 triliun.

Jika menilik data-data statistik tersebut, rasanya pemerintah harus mempertimbangkan secara matang permintaan para pemain lokal ini, ketimbang menanti investor asing seperti Foxconn yang belum jelas kepastiannya sejak dua tahun lalu.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year