telkomsel halo

Konsolidasi Operator Tak akan Hambat Bisnis Menara

13:11:27 | 10 Jan 2014
Konsolidasi Operator Tak akan Hambat Bisnis Menara
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Konsolidasi operator telekomunikasi diyakini tak akan menghambat bisnis menara di Indonesia.

Lembaga pemeringkat Fitch Ratings dalam kajiannya untuk jangka menengah aksi konsolidasi operator justru akan memperkuat bisnis menara karena kebutuhan akan infrastruktur tersebut tetap tinggi di tengah naiknya layanan data.

Dalam kalkulasi Fitch, dua pemain besar, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan anak usaha PT Sarana Menar Nusantara Tbk (TOWR), PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) funds flow from operations (FFO)-adjusted net leverage akan meningkat antara 2,5x hingga 3,0x dan antara 3,3x hingga 3,6x.

Dua emiten ini diprediksi tetap menikmati arus kas (cash flow) tinggi dari kontrak penyewaan panjang. Sementara EBITDA dua emiten ini diperkirakan di atas 80% dengan belanja modal (capital expenditure/capex) rendah.

Diprediksi Fitch, resiko yang dihadapi dua operator menara telekomunikasi ini hanya berkisar pada perlambatan pembayaran operator kecil. Misalnya PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang berkontribusi masing-masing 8% dan 15% terhadap pendapatan Tower Bersama dan Protelindo di semester pertama 2013.   

Tumbuh
Presiden Direktur Tower Bersama, Herman Setiabudi memprediksi bisnis menara tahun ini tumbuh dua kali dari pertumbuhan operator. “Selalu begitu karena kita ini bisnis pendukung operator. Jadi kalau operator tumbuhnya 7%-8%, artinya industri menara di kisaran 14%-16%,” katanya.    

Kepala Riset  Trust Securities Reza Priyambada dalam kajiannya mengatakan, bisnis menara tak terpengaruh menurunnya kinerja operator.

“Kalau tahun lalu bisnis menara tumbuh 16%-18%, tahun ini bisa  18%-20%. Menara tetap dibutuhkan untuk memperkuat sinyal, belum lagi eksisting menara kan butuh pemeliharaan juga,” katanya.

Menurutnya, depresiasi rupiah pun tak akan menggoyang penyedia menara dari sisi pendapatan karena banyak uang masuk dari  dolar AS, sedangkan biaya operasional dengan rupiah. “Paling itu agak menganggu yang banyak utang dalam dollar AS. Tetapi biasanya ada hedging,”jelasnya.(ct)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year